by Bayu Ismayudi
Angin sepoinya pun terasa hangat, tak membuat mata terbuai. Hanya dahaga yg selalu membuai kerongkongan,,,tp apapun itu, ini adalah bagian dari sebuah perjalanan,,,karena pada setiap perjalanan pasti ada hal baru untuk bisa dinikmati….
Panas menyengat merupakan karakteristik medan pendakian di wilayah Bandung Timur ditambah dengan efek kemarau yang panjang mengiringi perjalanan kami. Selepas melintasi ladang, kami mulai memasuki hutan alang-alang yang cukup luas. Setelah sekitar satu setengah jam menembus hutan alang-alang diselingi beberapa kali istirahat, akhirnya kami memasuki hutan sekunder yang lumayan teduh.
Jalur yang menanjak disertai iklim khas Bandung Timur dan vegetasi alam yang kebanyakan tidak tertutup rimbunnya pohon cukup membuat kami banyak menguras tenaga, air minum yang biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan, kali ini terasa kurang….
Usai melalui sebuah tanjakan ‘baeud’, kami beristirahat sambil membuka bekal cemilan yang kami bawa, seorang rekan membentangkan hammock yang ditautkan di antara pepohonan yang ada di sekitar area tersebut. Antara puncak dua dan puncak utama dihubungkan oleh lampingan jalur yang tipis, mirip puncak Gn. Rakutak di daerah Majalaya. Cuma jalur lampingan ini agak lebih panjang tracknya dan terasa lebih menyengat suhunya karena jarang adanya pepohonan.
Kami tiba di puncak utama gunung Kerenceng sekitar pukul 11:30, setelah istirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali turun dengan semangat menyeruput minuman dingin di warung penduduk…hauuus bro!