Hujan yang turun sejak jam enam pagi menggeser waktu meeting point untuk hiking kali ini, Sabtu tanggal 28 Juni 2025. Sah-sah saja toh kan masih dikota selama masih bisa melipir dari hujan kenapa tidak.
Dari tikum rumah base camp di Parongpong kemudian meluncur lah ke arah perkebunan kina yaitu Olive beserta putrinya Nanay, Windi, Mas, Asnur (SH), Wawan dan Bar (KP) Sementara Duday (GP) sudah menunggu dilokasi start yaitu kampung Pangli.
Tiga orang mahasiswa kemudian menyusul kedalam hutan karena terlambat datang dan ditinggalkan. Mereka waswas apakah giat hiking ini jadi mengingat cuaca buruk sedari pagi. Tampaknya generasi baru petualang ini belum mengenal benar karakter para pemburu tua.
Hujan ternyata enggan untuk berhenti seakan ingin ikut bereuni. Sepanjang jalan diterpa hujan diam-diam tak ada yang keberatan bahkan ketika kabut datang disambut gembira. Serasa disambut sejawat lama yang merindu untuk kembali bertualang bersama.
Danau yang terbentuk tahun 2017 ini belum ada saat era petualangan mereka. Longsor besar tebing gunung Pangparang menyumbat aliran sungai kecil sehingga terbentuklah danau yang syahdu ditengah hutan. Para petualang mengendus keberadaannya dan segera menjadi lokasi favorit baru ketika rasa rindu pada hutan rimba menggunung.
Sejenak kembali ke lembahan antara Sanggara dan Pangparang yang kini disebut Lembah Tengkorak sedikit menguak kembali masa- masa itu. Basah, capek, lapar setelah bersua cuaca kabut, hujan dan deru angin di kelebatan hutan. Semua mendapatkan kembali koneksi yang lirih ke masa petualangan itu.
@bayubhar