Dengan berjalan kita menyeberangi pulau, dengan berlari kita melompati benua
Lapangan Gasibu terletak tepat di seberang Gedung Sate yang merupakan pusat pemerintahan propinsi Jawa Barat. Dari Lapangan Gasibu ke arah utara kita dapat memandang Monumen Perjuangan Jawa Barat dengan latar belakang gunung Tangkuban Perahu. Dari dulu hingga saat ini lapangan yang legendaris ini telah menjadi salah satu ikon kota Bandung. Siapapun yang berkunjung ke Bandung tak akan merasa lengkap sebelum melihat Gedung Sate dan lapangan Gasibu.
Meskipun kini lebih dikenal sebagai ajang pasar tumpah dan tempat piknik, sejatinya lapangan ini arena yang amat ideal untuk berolahraga dan jogging. Bagi para penggemar olahraga, perkembangan lapangan Gasibu dan sekitarnya kini semakin kurang nyaman untuk melakukan olahraga dengan leluasa. Toh, di sinilah banyak komunitas outdoor di Bandung berlatih bersama-sama sebelum berangkat menuju medan petualangan yang ekstrim.
Jogging di Lapangan Gasibu
Hari Selasa dan Jumat adalah hari yang senantiasa dinantikan semasa masih mahasiswa. Entah ada kuliah atau tidak saya selalu menyempatkan diri datang ke kampus. Hari itu adalah jadwal untuk olahraga bersama teman-teman di kampus pada sore hari. Jogging adalah pilihan utama kami karena selain murah juga merakyat. Salah satu tempat yang paling sering dijadikan arena jogging adalah Lapangan Gasibu. Disinilah kami paling sering berolahraga meningkatkan kondisi fisik sebelum pergi ke medan petualangan atau sekedar memelihara kebugaran.
Lapangan Gasibu tak terlalu jauh dari kampus, sekitar 500 meter, sehingga merupakan tempat favorit untuk jogging di sore hari. Tempat lain yang sesekali dijadikan lintasan jogging adalah jalan-jalan sekitar Tamansari, Dipati Ukur, Bukit Dago atau lapangan Saparua. Namun tak ada yang lebih memberi kenangan bagi saya selain Lapangan Gasibu. Lari-lari di Gasibu seolah sudah merupakan mata kuliah 1 SKS yang abadi selama menjadi mahasiswa.
Matahari sore yang hangat menemani lari-lari kecil di lintasan oval sepanjang 400 meter itu. Setelah peluh mengucur deras kami duduk-duduk di pinggir lintasan, sejenak menarik nafas. Kemudian olahraga dilanjutkan dengan sepak bola ringan, volley atau pendinginan. Setelah itu kembali berlari-lari menuju kampus untuk beristirahat dan membersihkan badan. Walau jarang dilakukan, sesekali sesi jogging ditutup dengan membeli yoghurt di Cisangkuy. Maklumlah kebanyakan atlet-atlet kita mempunyai kantong yang pas-pasan alias sering melakukan survival di kampus 🙂 , hingga lebih sering membeli es cendol saja di belakang pasar Suci.