Lapindo, Tsunami, dan Pemanasan Global

Global_Warmingby Bayu Ismayudi

“Lestarikan alam hanya celoteh belaka….” Itu adalah bagian dari syair lagu yang dinyanyikan Iwan Fals. Syair ini mungkin sebuah sindiran bagi kita, karena betapa sering orang-orang “berteriak” tentang pelestarian alam, tapi betapa sering juga orang-orang melakukan pengrusakan lingkungan.

Tidaklah heran, akibat perlakuan manusia yang neko-neko terhadap lingkungannya, maka alam pun membalas dengan tindakan yang aneh pula. Mungkin dulu kita tidak membayangkan atau malah tidak mengetahui apa itu tsunami. Atau tidak terpikirkan oleh kita tentang lumpur yang menyembur dari perut bumi secara terus menerus, sehingga menenggelamkan desa-desa. Atau kita dulu belum mengenal istilah pemanasan global yang bisa mengakibatkan permukaan air laut naik akibat mencairnya sebagian permukaan es di daerah Kutub! Sungguh mengerikan!

Tentang pemanasan global ini, saya jadi teringat film yang pernah saya saksikan yang menceritakan akibat dari pemanasan global, sehingga membuat es di Kutub cair dan permukaan air laut menjadi naik sampai menenggelamkan kota-kota yang pada akhirnya timbullah pendinginan global dengan kata lain kembali ke zaman es.

Mungkin karena manusia tidak dapat memperbarui lingkungan yang sudah dirusaknya, maka alam sendirilah yang memperbaharui diri melalui siklus alami. Jadi mungkin pada saat ini alam sedang melakukan proses memperbarui dirinya dengan menggunakan alat dengan merk “Lapindo,” “Tsunami,” dan “Pemanasan Global.”

Bukan tidak mungkin alam sedang mempersiapkan alat bermerk lainnya untuk dapat memperbarui dirinya. Atau malah kita ingin terus menjajal alam ini untuk dapat mengetahui sampai sejauhmana alam dapat memperbaiki diri dengan “alatnya”? Atau kita ingin lebih mengetahui “alat” apa lagi yang dimiliki alam untuk memperbaiki diri? Maka silakan, rusaklah alam semaksimal mungkin!
“Telah muncul kerusakan di daratan dan di lautan karena perbuatan tangan-tangan manusia, agar Tuhan membuat mereka merasakan sebagian dari apa yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS : An Nahl : 34)

Rupanya kita selama ini sudah salah kaprah, anjuran untuk belajar dari alam ditambahi dengan perintah untuk mengeksploitasi alam dengan melupakan keharusan mengimbangi dengan pemeliharaan. Padahal sudah sejak lebih dari empat belas abad yang lampau Allah melalui Rasul-Nya sudah mengingatkan tentang pentingnya pemeliharaan alam. Salah satu poin yang diterapkan Rasulullah ketika melakukan peperangan adalah “Jangan menebang pohon.”

Kalau kita tarik benang merah dari perintah di atas adalah betapa sudah terperhatikannya tentang pentingnya pelestarian lingkungan walau dalam keadaan perang sekalipun. Berbeda dengan zaman kita sekarang, dalam keadaan tidak perang, pohon-pohon ditebang dengan sembarangan sehingga hutan-hutan menjadi lapangan. Dan jika dalam keadaan berperang bukan hanya pohon yang ditebang, manusia-manusia tidak berdosa pun ikut “ditebang.” (2008)