Pack versus Clan

Sejak kisruh dengan resimen mahasiswa, tak pernah lagi ada insiden serupa di kampus. Hal ini cukup menggelisahkan beberapa yang belum kebagian kue keriuhan itu. Seperti Obelix yang ketinggalan menggempur kamp Romawi. Kenyataannya memang tak pernah lagi ada perseteruan itu. Resimen mahasiswa tampak sudah kebal dengan berbagai sentimen mahasiswa, mungkin ada instruksi khusus dari Danyon. Hal mana sesuatu yang bijak, mengingat friksi dengan jurusan atau fakultas, bisa merambat menjadi antar unit seperti terjadi sebelumnya. Rumit memang jadi menwa kala itu.

“Moal baleg jeung Menwa mah…” gumam Wawan menghela nafas,” kajeun ribut di fakultas we leuwih puguh.” Ia mulai bosan menunggu.

Lalu siapa yang ketiban pulung dapat luberan adrenalin sebuah pasukan yang sedang terbangun di perhimpunan? Tak makan waktu lama, mereka mendapatkannya. Be carefull for what you wish.

Sekelompok mahasiswa senior yang sering nongkrong di kampus tampak kurang menyadari kehadiran pasukan muda yang bersumpah setia.  Sering nangkring bergerombol dengan mata merah bau naga, hanya tinggal waktu saja para macan kampus itu akan friksi dengan the immortals. Bila bergerompol di tempat khusus tentu hak masing-masing, namun bila di tempat-tempat akses publik seperti gerbang kampus dan toilet tentu membuat kagok. Beberapa bahkan sudah terang-terangan mulai berani ngompas.

“Lila-lila sareukseuk nya nempo UMU teh…” gumam Bar suatu saat, mengistilahkan klan senior yang merasa paling memiliki kampus itu sebagai Unit Mabuk. Yang lain angguk-angguk mengelus dagu, menyadari hanya tinggal waktu saja mereka akan head to head. Walau angkatannya rata-rata diatas mereka, beberapa bahkan sudah alumni, tak membuat silau. The strength of the  wolf is the pack and the strength of the pack is the wolf.

“Ewueuh senioritas jeung aing mah barenage.. ” pongah Triyanto dari Kopasduk (komando pasar induk) mengelus2 kepalan tangan.

“Nu penting mah power jeung kawani,” lanjutnya mengulang-ulang semboyan hidupnya.

Namun tak ada alasan untuk memulai, walau sudah gemas. Berani bukan berarti mencari masalah. Mereka dengan sabar menahan diri, menunggu trigger  untuk beraksi.

Gobe termasuk yang jengkel kala kelompok yang menggerombol ditempat teh botol jalan Hasanudin menghalangi tempat parkir. Terpaksa ia memarkir motornya mepet, langsung terdengar celetukan sinis. Ia pun tak tahan.

“Ka aing eta teh?” tanyanya sengaja menghampiri. Sugan we ribut, pikirnya. Buru-buru celetukan itu dibantah. Gobe pun ngeloyor pergi sambil ngedumel. Aing mah…sugan teh rek ribut.

Acoy lain lagi, ia memang sudah gemas merasa sering dipelong bila berjalan menuju sekretariat dari jalan Hasanudin.

“Naon sia pulang-pelong..?” sengornya suatu hari. Buru-buru yang punya mata mengalihkan pandangan. Kini Acoy yang kecewa…aing mah, gumamnya.

Suasana menghangat di seputaran Lapang Parkir Tengah hingga tepi Hasanudin. Kedua kubu  saling  lirik; hanya tinggal waktu saja gesekan terjadi antara klan senior macan kampus dan kawanan serigala muda.