November 2016. Sambil ngopi dan berbincang ngaler ngidul di sebuah tempat ngopi di Siem Reap, sebuah pikiran liar berkelebat dibenak. Perjalanan keduakalinya ini melintasi negara Kamboja memercikkan adrenalin untuk perjalanan yang lebih menantang, ..sebuah ekspedisi. Memikirkan ekspedisi, tiba-tiba saja seperti ada energy baru terasa mengaliri. Jantung berdetak kencang, adrenalin berdenyut.
Jangan berpikir ekspedisi itu harus sebuah tim besar dengan pergerakan dana, logistik dan tim yang masif. Sebuah tim kecil yang lincah dan andal, bisa bergerak cepat dengan efisien. Menurut saya ciri khas ekspedisi beginilah yang cocok.
Belum banyak yang diketahui oleh khalayak di tanah air mengenai negara Kamboja, yang baru sembuh dari carut marut luka perang tak sampai duapuluh tahun lalu kala bunker terakhir Khmer Merah menyerah kepada tentara pemerintah tahun 1998. Selain Angkor Wat yang termahsyur di luar kota SiemReap, tak banyak lagi yang diketahui tentang negara misterius ini. Justru disinilah menariknya.
Beberapa wilayah di negara Kamboja belum banyak terpublikasi luas, demikian juga banyak jalur darat yang bisa dijelajahi selain jalur populer Siem Reap-Phnompenh. Di dekat perbatasan Thailand di sebelah Barat terdapat Pegunungan Cardamom dan terdapat candi Prsat Preah yang terasing. Di sekitar perbatasan dengan Vietnam terdapat hutan lebat Ratanakiri dan dataran tinggi Mondulkiri. Di pesisir Selatan banyak pantai yang masih alami, dan jangan lupakan aliran raksasa sungai Mekong yang datang mengalir dari Laos di Utara.
Kebudayaan Khmer juga bisa menjadi obyek observasi, dimana seribu tahun lalu kebudayaan inilah yang menyinari wilayah Indochina. Reruntuhan candi peninggalan kerajaan Khmer terlalu banyak berserakan di Kamboja, namun para pengamat yang serius akan menuju ke candi-candi yang terasing, jauh dari keriuhan komplek Angkor.