by Boedi Rahajoe
Kala itu tim caving Expedisi Andalas sedang mengeksplorasi sebuah gua yang bercabang lima. Mereka memasuki mulut gua dan memulai melakukan pengukuran serta pemetaan sekitar jam 8 pagi. Asyik dengan kegiatan tersebut ditambah keadaan gua yang lembab dan gelap luar biasa, mereka tidak menyadari kalau saat itu sudah jam 2 pagi!!!
Seorang anggota tim caving, Anto, sedang bergegas keluar menuju salah satu mulut gua untuk buang air kecil. Namun sebelum mencapai mulut gua, ia dihentikan oleh pak Karso -warga lokal yang menjadi guide tim caving- dan ditanya tujuannya. Pak Karso bersikeras menyarankan untuk buang hajat di dalam gua saja.
Anto awalnya keberatan mengingat motto para caver leave nothing but footprint yang selalu digenggamnya, namun akhirnya diturutinya setelah diterangkan kemudian oleh pak Karso bahwa ia mencium kehadiran harimau. Tanpa ba-bi-bu lagi Anto segera mencari tempat yang nyaman dalam gua untuk ritual itu. Membayangkan gemeretak gigi harimau sudah cukup untuk membuyarkan moto paling ramah lingkungan sekalipun.
Kehadiran harimau di sekitar areal luar mulut gua itu dibenarkan oleh para pencari walet yang yang sempat melihat refleksi mata harimau di semak-semak luar mulut gua pada saat ia sedang menjemput mereka. Sejenak ketegangan menjalari seluruh anggota tim namun kehadiran pak Karso yang sangat mengenal medan hutan disitu cukup memberikan ketenangan.