Penelusuran Setengah Hati

foto by Darajat Arianto
foto by Darajat Arianto

Lebih baik ragu-ragu setelah memutuskan daripada ragu-ragu sebelum memutuskan.

by Bayu Bhar

Celah gua sudah tampak di depan mata. Bar dan Wawan mempercepat langkah didalam rongga gua yang becek dan gelap. Mereka sudah ingin keluar dari gua setelah berjam-jam di dalam kegelapan. Tak lama kemudian mereka pun sampai di mulut gua yang terletak pada celah sempit vertikal di atas kepala mereka. Keduanya menghela nafas, tak menyangka mulut gua terletak vertikal setidaknya tujuh meter di atas.

 

Wah kudu make teknik chimney euy..” gumam Wawan. Teknik chimney dilakukan dengan merayapi celah sempit yang vertikal pada lorong gua atau tebing.

Hoream ah, nungguan evakuasi we. Paling lila oge sajam deui..,”  ujar Bar yang tak terkesan untuk chimney. Untuk apa susah-susah, pikirnya. Mending menunggu saja tali carmantel yang dilempar oleh tim evakuasi yang akan menjemput.

Heu-euh oge.. ngan nungguan sajam rek naon?” tanya Wawan.

Sare we..lumayan sajaman mah,” cetus Bar memberikan idenya.

Enyalah..sare we heula. Rek ngaroko oge baraseuh,” sambut Wawan yang juga malas mengeluarkan tenaga lagi.

Memang susah untuk memaksakan mereka menghayati dunia bawah tanah  yang diselimuti misteri dan kegelapan itu.  Terakhir mereka melakukan penelusuran gua barangkali kala mengikuti pendidikan dasar pecinta alam di kampus. Selebihnya mereka berdua lebih getol menjelajah medan petualangan lain.

 

Tak lama kemudian terdengar dengkuran pulas di dalam gua. Genangan air dan lumpur di sekeliling tak dipedulikan lagi, mereka tidur dengan nyenyaknya seakan sedang berbaring diatas spring bed. Daypack penuh lumpur menjadi bantal empuk yang membawa mereka ke alam mimpi. Kegelapan total semakin membantu mata mereka untuk terpejam, menunggu tim evakuasi menjemputnya.

 

Mereka berdua merupakan  bagian dari tim support  dalam explorasi gua Siluman di Buniayu, Sukabumi. Momen itu merupakan sebuah  bagian dari materi sekolah caving yang sedang diselenggarakan kampus. Sekolah Caving merupakan agenda yang tak setiap tahun diselenggarakan oleh perhimpunan. Event yang terbuka bagi umum ini merupakan salah satu kegiatan untuk menyebarluaskan pesona dunia bawah tanah kepada masyarakat. Eksplorasi dilakukan di kawasan gua Buniayu di Sukabumi yang sudah merupakan arena latihan bagi para caver.  Namun karena jumlah peserta yang banyak para petualang yang notabene bukan caver asli pun turut serta turun untuk mem-back up. Para caver jadi-jadian ini berfungsi sebagai tim advance maupun sweeper dalam penelusuran gua, selain membantu hal lain seperti dokumentasi, logistik dan sebagainya.

 

Bar dan Wawan yang lebih suka bermain di jeram sungai dan mendaki gunung kemudian  terjun juga kedalam gelapnya gua-gua di Buniayu. Berbekal brefing singkat tadi pagi, mereka meraba-raba jalur gua yang menuju celah keluar. Berdua dengan penuh percaya diri membawa daypack penuh perlengkapan caving dalam kegelapan yang tak biasa dialami. Berjam-jam dalam kegelapan, cahaya alami dari sinar matahari sudah mereka rindukan. Maka mereka meninggalkan rombongan yang masih berkutat melakukan SRT di lorong vertikal dan berganti peran dari sweeper menjadi leader untuk menuju celah keluar dari  gua. Bukan karena yang paling expert melainkan karena sudah rindu bermandi cahaya matahari.

Barenage urang geus hayang udud,” bisik Wawan.

Tak berapa lama kemudian mereka merayap sejengkal demi sejengkal  dalam chamber yang becek dan berlumpur. Dunia bawah tanah yang gelap gulita seperti menelan mereka ke dalam perutnya.

 “Saha nu rek nempo urang macho mawa golok tebas mun didieu..,” keluh Wawan meratapi gelapnya disekeliling.

“Macho maksudna maok combro meureun..” cetus Bar menyembunyikan ketidaknyamanan  yang tersirat.

“Kudu dayung balik mun kieu carana mah euy,” lanjut Wawan.

Kajeun panggih wali we di Cikandang hihihi..” mereka berdua tertawa.

 

Walau skill dasar caving telah dikuasai tetap saja memerlikan passion untuk terlibat sepenuhnya dalam sebuah penelusuran gua. Dengan canggung mereka memakai seragam penelusuran gua (wearpack) yang menurut mereka sangat mirip dengan seragam petugas kebersihan kota. Namun bukan suka atau tidak suka masalahnya, karena ketika rekan  sejawat membutuhkan bantuan maka  sudah lebih dari cukup alasan untuk turun membantu. Petualangan adalah masalah mem-back up rekan disamping bukan memilih  yang disukai atau tidak. Terkadang kita tak bisa memilih sebuah medan petualangan, alamlah yang menuntun kesana. Petualang hanya bersiap-siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan didepan.