Cerita dari Balik Bivak

by Boedi Rahajoe

Letih mendera tubuh; lelah menghujam badan: Seharian tadi, kami melaksanakan materi penyeberangan basah.Pula lengkap sudah, ketika jiwa berasa menggigil karena dendam atas “peringatan” Kang Bano. Tamparan sataker kebek-nya hanya panas tipis di pipi namun pedih menganga di hati. Bagai sepakat, Kami saling mengangguk memastikan usia beliau tidak akan lebih dari hitungan detik pasca upacara pelantikan nanti…

Bivak kami bangun diantara rimbun pohon teh.
Lapar dan kantuk saling berebut atensi.
Kami saling melempar kewenangan menyiapkan makan malam…
Namun Bonk, Tera dan Sadikin tunduk pada kantuk…meski masih terdengar perut mereka melenguh merintih lapar.
Aku memaksa bertahan terjaga…
Mengeluarkan misting dan parafin, havermut, gula merah dan veldples…

Tak lama, semisting havermut tersaji…
Kubangunkan mereka satupersatu…
“Bonk… asak Bonk, dahar….” kuguncang bahunya…..tak bergerak.
“Ter…. Tera…. asak Ter… Dahar heula” kutepuk2 kakinya..
“Enyak…sok we maneh heula….” Gumamnya masih jelas…
“Kin…. hudang Kin… dahar Kin…”
“Mmmmmhhh…… sok heula we….” Sadikin menggerutu sambil merubah posisi tidurnya…

Sesuap demi sesuap havermut hangat manis gula merah, aku nikmati….sambil membayangkan rumah.
Teringat gitar yang lupa belum sempat dirawat.
Teringat kamar tidur yang selalu wangi…
Teringat dia…

Hingga aku terbangun karena suara keributan.
Rupanya mereka telah tersadar dari tidur surinya…
“Mana havermut teh? Lain cenah masak bieu teh??”
“Bud… mana Bud…??”

Aku agak sedikit linglung…
“Maneh sih titadi dihudangkeun, hese…. Geus beak jadi na”

*Maafkan aku, saudara-saudaraku

 

Selepas apel malam,
Pelatih menyuruh kami membuat bivak alam yang nyaman.
Bivak dari dedaunan yang kering nan hangat di tengah hutan yang hujan badai dan angin menggigil…

Sehingga…
Didalam lelap keindahan mimpi, lengkingan peluit dan teriakan pelatih membuyarkan surga…

Semua kami dibariskan dalam gelap dengan pakaian dan atribut lengkap berikut webbing yg telah disiapkan.

Tak ada pilihan…
Panjat pohon dan lanjutkan tidur di dahan dengan webbing pengaman sampai pagi menjelang.

11 siswa sudah di pohon masing2 ketika tersisa satu tak kunjung merangkak naik…

“Sedang apa Tuan..???” Hardik pelatih…
“Siap !!! Palawa !!! Mau tidur kalong, Kang…!!!” Jawab sang Siswa lantang…
“Pohon apa itu Tuan..???” Suara Pelatih menggelegar menakutkan..
“Siap !!! Palawa !!! Pohon pisang, Kang !!!”

…dan kisah ini akan turun temurun tak tertinggal untuk diceritakan ulang…

 

  • – Diklat Cadas Panjang, 1991