“Kami tidak pernah takut sama siapa pun !! hampir semua anak PA pernah ikut bela diri !!” Gertak Kang Budi Hendar Koswara alias Kang Gambrud (GS) sambil menggebrak lantai di tengah lingkaran sebuah forum yang duduk melingkar dalam ruangan Senat Pusat di kampus Dipatiukur.
Suasana cukup mencekam saat itu, beberapa anggota forum yang terdiri dari anggota PA & sebuah unit kegiatan Beladiri, saling lirik dengan kondisi siaga. Lingkaran forum yang sengaja dibuat selang seling antara anggota PA (Pecinta Alam) & UKM Beladiri membuat masing masing personal bersiap dengan kemungkinan terburuk, bentrok fisik !!
Berawal dari suatu sore yang diguyur gerimis, Bais terlihat berjalan sempoyongan keluar dari secretariat PA, dia bermaksud menuju tempat telephone umum (waktu itu belum ada hape bro) yang terletak di wilayah parkir selatan kampus Dipatiukur. Bais berjalan menyusuri koridor PAAP, pengaruh padi –kapas dan air api mempengaruhi otaknya saat itu, maklum gejolak jiwa muda yang mencari jati diri masih menguasainya. Mabok brooo!! Mabook !!
Tidak terfikir apapun waktu itu saat melintas sekelompok orang yang sedang berlatih bela diri, Bais dengan cueknya menerobos dua orang yang sedang melakukan sparing partner di tengah lingkaran rekan-rekannya. Bais baru tersadar saat salah seorang anggota dari kelompok itu mengejar & menegurnya…”Bay, kamu jangan seenaknya gitu dong lewat depan kita yang sedang latihan Beladiri !!” tegur salah satu anggota kelompok itu yang ternyata adalah salah satu temannya juga. “Emang kenapa?” jawab Bais enteng…”Temen gua ga enak tuh” sahut sang anggota Beladiri…”Trus klo ga enak mo apa” tantang Bais so’ jago…Sang anggota beladiri itu pun melengos, tampak kegusaran di wajahnya, mungkin yang ada dipikirannya “mau di lawan temen, ga enak (bukan ga berani)”.
Esok hari, di sore yang mendung Bais terbangun dari tidur siangnya di rumahnya oleh deringan telephone…”Hallo, sapa nih?” sapa Bais. “Urang, Ocid” sahut si penelepon yang ternyata kang Rosyid (angkatan CL). “Kumaha Cid? Aya naon?” Tanya Bais,,,”Ka secret buru !! maneh kamari urusan jeung budak Beladiri? Ayeuna guruna hayang panggih maneh !!” sahut Ocid. “Wah rupanya peristiwa kemaren sore to be continue nih” batin Bais…”Ok Cid, tungguan urang ka dinya” jawab Bais.
Selang satu jam kemudian Bais tiba di kawasan kampus Unpad Dipatiukur dengan menggunakan angkot dari rumahnya di kawasan Buah Batu. Di gerbang kampus terlihat Gatot memasuki mobilnya, saat melihat Bais datang dia nongol dari mobilnya…”Is, tuh guru beladiri nanyakeun maneh, ngajak duel cenah”…”wah, maenya tot?” jawab Bais so’ kalem, walaupun dalam hati Bais berkata “Anjrit !! aing diadukeun jeung guru beladiri mah ripuh atuh euy!! Leungeunna ge sagede sirah urang!!”.
“Ari maneh rek kamana tot?” Tanya Bais…”Tadina urang rek balik, ngan ningali maneh datang teu jadi, hayang ningali duel” jawab Gatot…”siah maneh nyeungsieunan” gerutu Bais dalam hati…
Setiba di secretariat terlihat para ‘pendekar’ PA sudah berkumpul diantaranya Kang Gambrud, Kang Ocid, Terra (CP) dan Bonny (CP), yang saya heran tangan mereka sampai leher penuh gambar seperti tattoo. “Asup Is !!” kata Kang Gambrud…”Kamari maneh boga urusan naon jeung budak Beladiri?” lanjutnya…Bais pun menjelaskan kronologis kejadian sore kemaren.
“Hmmm,,,kumaha oge maneh salah Is, tapi rek salah atawa henteu ku urang rek dibantuan sebagai dulur di PA” tegas Kang Gambrud. “Tadi utusan budak beladiri ka dieu, hayang diamprokkeun jeung maneh cenah” lanjut Kang Gambrud. “enya sih Kang urang salah” aku Bais,,,”tapi ngarana keur teu control, apal meureun” belanya…”tapi kang, eta kunaon ditaratto kitu?” Tanya Bais selanjutnya…”Enya tadi pan budak Beladiri ka dieu, sanggeus nyaho maksudna, urang urang nu ngadatangan ka barudak beladiri, meh rada sangar kabeh ditatto heula make spidol digambaran ku si Bonk” jawab kang Gambrud. “barina ge samarukna urang urang bakal sieun kitu !!” tandas Kang Ocid.
“Waduh, teu make tattoo wae ge salangar” gerutu Bais…Terlihat kedua tangan mereka penuh dengan tattoo hasil karya Bonny yang terbuat dari tinta spidol, bahkan tattoo kang Ocid sampe memenuhi leher…”Beuh siga Yakuza maneh cid” kata Bais. Kang Ocid hanya nyengir sambil berkata “apal pan ditatto teh nyeri? Ieu nepi beuheung tapi kuat, olohok tah tadi budak beladiri” jawabnya bangga…
“Trus ieu jadina rek kumaha kang?” tanyaku pada Kang Gambrud…”Enya, eta guruna hayang panggih jeung maneh, maneh siap diduelkeun?” ungkap Kang Gambrud. “Gelo, siah uing rek duel jeung jelema sagede panto !” gerutu Bais dalam hati. “Siap lah kang!” jawab Bais sambil menenangkan hatinya. “Ok, barudak beladiri ngajak panggih di tempat netral ngke geus maghrib” lanjut Kang Gambrud.
Menjelang Maghrib, siasat pun diatur oleh Kang Gambrud, beberapa anggota PA sudah mulai berdatangan setelah dicalling kalau PA dalam kondisi Siaga 1.”Ngke diukna selang seling nya, budak beladiri diseling ku budak PA” ujar Kang Gambrud mulai mengatur siasat. “Wan, maneh sanggup ngahandle sabaraha urang?” Tanya Kang Gambrud kepada Wawan Barang (KP) seorang anggota PA veteran Boxer Cup I. “Tilu kang, saya sanggup” jawab Wawan tegas. “Mun maneh Pik” Tanya Gambrud pada Taufik Nugraha (KP) yang juga veteran Boxer Cup III. “Tilu kang, saya siap!” jawab opik tegas pula. “Is, maneh kumaha?” Tanya Kang Gambrud kepada Bais. “Hiji ge ripuh jigana saya mah kang” tutur Bais memelas…
“Ok, teu nanaon, ngke pertemuan di adakan di ruang senat pusat” lanjut Kang Gambrud. “Eh, tapi kang, eta guruna kumaha?” Tanya Bais…”Kalem, guruna diapit ku urang jeung si Bong” tandas Kang Gambrud yang memang veteran bela diri Kempo dan Bong yang memperdalam Tinju.
“Tot, maneh kumaha? Rek miluan?” Tanya Kang Gambrud kepada Gatot. “Saya mulung muntah di luar ruangan we kang, mun aya nu nolol ku sayah dikepret” tegas Gatot.”hmmm, ok..ok” gumam Kang Gambrud.
Akhirnya maghrib pun tiba, satu persatu anggota PA dan Beladiri memasuki ruang senat, beberapa penghuni senat keluar satu persatu, menghindari agar tidak terlibat perseteruan kelompok para pendekar ini.
Setelah mengatur posisi duduk sesuai siasat, perbincangan pun dimulai…suasana cukup menegangkan. Dimulai dari pembicaraan sang guru Beladiri mengutarakan ganjalan hatinya, yang langsung didebat oleh Kang Gambrud. Suasana makin memanas….baik para anggota PA maupun Beladiri sudah mulai saling lirik, semua dalam kondisi siaga & siap tempur.
Suasana makin mencekam saat perundingan ini menemui “Dead Lock” yang pada akhirnya Kang Gambrud mengeluarkan ilmu’ psychco war’ nya yang tersalurkan lewat suaranya yang menggema, sebuah gertakan awal yang sudah terbukti keampuhannya oleh para adik-adiknya di PA saat menjalani Pendidikan Dasar di hutan belantara.
Dengan suara yang ‘mengaum’ laksana harimau lapar, Kang Gambrud meninggikan suaranya …“PA tidak pernah takut sama siapa pun !! hampir semua anak PA pernah ikut bela diri !!”…”Sembilan puluh persen anak PA pernah ikut bela diri !!” tambahnya.
Gertakkannya itu membuat seluruh orang yang ada di ruangan terkesima, termasuk sang guru Beladiri…semua terdiam, menanti perkembangan….”Ya, mungkin ini semua hanya salah faham saja…” ujar Sang Guru Beladiri memecah kebuntuan…
Akhirnya perundingan yang memanas ini diakhiri dengan jabat tangan erat. Bais terlihat lega, dari matanya terpancar rasa syukur…bagaimana tidak, apabila perundingan sampai diakhiri dengan duel melawan sang guru beladiri…Bais tak sanggup membayangkan….
Saat bubar keluar ruangan, Gatot menyambut Bais…”Jadi euy duelna?”…”Huuush, geus damai…hayu ah neang dahar ka bu tunduh, lapar yeuh “ ujar Bais yang selera makannya timbul kembali setelah beberapa jam lalu tenggelam karena stress memikirkan harus duel dengan sang guru Beladiri.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, Unit Beladiri itu tidak terlihat lagi berlatih di koridor PAAP dan ternyata ada sedikit masalah administrasi dengan pihak kampus yang membuat Unit Beladiri ini bubar. Namun gossip yang terhembus dan dihembuskan adalah “Unit Beladiri dibubarkeun ku si Bais !!”. Dan Gosip itu terus berhembus hingga minimal lima angkatan di bawah Bais, image yang sudah tertanam, memang sulit dicabut…Tapi walau bagaimana pun, Bais sangat berterima kasih kepada saudara saudaranya di Palawa, baginya Palawa adalah rumah kedua tempat dia merasa ada…
Sekretariat Dipati Ukur 1993