“To the world you may be just one person, but to one person you may be the world.” Brandi Snyder
Pada tanggal 10 November 1871 , Henry Morton Stanley bersama tim ekspedisinya yang gigih berhasil menerobos sejauh 1000 km di belantara hutan Afrika Tengah untuk sampai di sebuah gubuk di tepi Danau Bemba. Lalu dengan hormat ia menghampiri seorang pria kulit putih yang kurus kering dan sakit-sakitan, namun sorot matanya menampakkan kegagahan sejati.
Dengan penuh hormat Stanley membuka topinya dan seraya berkata kepada pria itu,
“ Dr. Livingstone, I pressume?
Itulah kalimat sederhana yang menjadi amat termasyhur melukiskan pertemuan dua penjelajah dunia yang paling ulung.
Afrika seolah ada dalam darah David Livingstone. Sejak tahun 1852 ia menjelajahi benua Afrika terutama sungai Zambesi sehingga kelak menjadi penjelajah Afrika yang paling terkenal. Ia menerobos hutan-hutan yang amat lebat sehingga dilukiskan bahwa sinar matahari pun tak dapat menembusnya dan menyusuri jeram-jeram sungai yang ganas. Penjelajahannya terhenti di pedalaman Afrika tengah, dengan kondisi sakit keras hingga kemudian Henry Morton Stanley menemukannya.
Namun dr. Livingstone menolak meninggalkan Afrika dan satu setengah tahun kemudian ia meninggal disebuah dusun yang sunyi di pedalaman Afrika yang dicintainya,walau kemudian jenazahnya digotong sejauh 1.500 km menuju Zanzibar lalu kemudian disemayamkan di Westminster Abbey. Adapun Stanley saat meninggal dikebumikan di Surret, walau ia amat berharap dapat disemayamkan disamping penjelajah yang dikaguminya, dr. Livingstone.