Jual Mitela Modal Diklatdas

mitelaby Riza Fahriza

 Bisa dikatakan di saat posisi kepepet, pasti banyak jalan atau kalau di Inggriskan mungkin kalimat jadi “The Power of Kepepet”. Tapi itu benar-benar dialami oleh saya dan bersama rekan seangkatan Saba Halimun (SH), Eris.

Pasalnya apa?, soal modal untuk mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) PALAWA Unpad XIII tahun 1995. Yang jelas kita mengikuti diklat itu tidak berbekal modal dengkul belaka setelah ransel, nesting, kompas, meminjam ke kiri ke kanan. Maklum namanya mahasiswa modal benar-benar cekak.

Saat itu, menjelang pelaksanaan Diklatdas kita sudah berkenalan sesama calon siswa/I dan ada base campnya di kosan Salman di Jalan Singa Perbangsa, kalau tidak salah. Tentunya sebelum mengikuti diklatdas itu, calon siswa/i diberi sejumlah syarat-syarat yang harus dibawa ke lapangan.

Nah, salah satu yang menjadi pembahasan adalah mitela. Kalau sedikit didefinisikan pembalut segi tiga yang memiliki berbagai macam fungsi untuk pertolongan pertama. Ukurannya berbagai macam 40x40x56cm , 90x90x127cm, 110 x 110 x 155cm. Bahannya bisa dari katun atau belacu.

Tampaknya rekan-rekan saat itu, pusing juga harus mencari mitela karena pikiran harus bercabang satu sisi mengurus soal kuliah dan menjelang pelaksanaan diklatdas. Otak dagang sayapun mulai berpikir, mengapa tidak kita siapkan mitela itu, tokh simpel sekali tinggal beli bahannya di Gang Tamim terus diobras. Jadilah produk mitela dengan merek “A&E” (Azzo & Eris) , sori rada nurutan merek dagang pakaian yang saat itu tengah trend “H&R”.

Sayapun berangkat ke Gang Tamim dari rumah saya di kawasan Jalan Cihampelas naik angkot jurusan Ciumbuleuit-St Hall yang melintasi Jalan Cihampelas terus berbelok ke Jalan Sejahtera menuju Pasar Sederhana dan seterusnya nanti melewati Jalan Padjadjaran, sesampainya di Stasiun atau di depan toko Amir Foto, saya menyeberang jalan ke arah belakang Pasar Baru di dekat Pasar Babatan. Sampailah, di salah satu toko, dan langsung membeli belacu kiloan. —saya lupa lagi berapa meter, yang dibeli saat itu—.

Bahan yang dipilih tentunya belacu saja warna putih. “Ris, urang geus meuli belacu na, merapatlah ka imah urang,” kataku yang kebetulan saat itu masih tinggal di Jalan Cihampelas.

Tentunya tidak bisa janjian di sekretariat karena belum “diaku” menjadi anggota. Tidak lama kemudian, Eris pun datang. Dengan gesitnya kita memotong-motong belacu itu. “Ujungna kudu dirim we, atawa diobras yeuh,” tambahku lagi.

“Teu kudu, neangan tukang obras we ambeh rapih,” kata Eris.

Kitapun langsung cabut ke tukang obras di Gandog, pertigaan jalan menuju Jalan Cihampelas, Jalan Ciumbuleuit, dan Jalan Siliwangi. Tepatnya dipojokkan jalan ada tukang obras yang masuk ke rumahnya harus melalui gang sempit.

Walhasil, mitela merek “A&E” pun selesai, punten merek itu jangan diplesetkan jadi “Anjing Edan”.

Mitela itu pun kita bawa menjelang cek alat, dan hasilnya benar-benar ruarrrr biasa, peminatnya bejibut dan membelinya..—puguh weh, da kapaksa—. Alhamdulillah, barang itu ludes tidak bersisa dibeli mungkin 26 orang calon siswa, saya lupa lagi harganya berapa karena kurs dollar saat itu sekitar Rp2.500,-.

Kemudian, saya dan Eris pun menghitung hasil penjualan dan langsung dibagi dua. Jadilah ada modal beli sardencis, havermut, supermie dll. Lumayan nambah-nambah perbekalan menjelang diklatdas itu.

Lewat tulisan ini juga, saya berharap terhadap rekan-rekan yang telah membeli mitela itu untuk ikhlas dan menghilangkan rasa suudzon kalau saya menjual agak mahal. Tapi yang jelas, antara pihak penjual dan pembeli sudah ada kesepakatan dan sama sekali tidak ada unsur pemaksaan dan perbuatan melawan hukum.

Akhirnya kata-kata “The Power of Kepepet”, itu benar-benar dialami…

 

 

Wassalam

 

Satu malam menjelang final Persib-SFC