The mountains are calling and I must go. John Muir
Masa registrasi merupakan hal yang penting dalam proses kademik mahasiswa. Tanpanya ia tak dapat melanjutkan studi ke semester berikutnya sehingga terancam putus kuliah. Bagi mahasiswa yang memiliki kesempatan untuk melakukannya, registrasi bukanlah suatu masalah. Namun bagaimana mereka yang tak memiliki sumber daya untuk melakukannya, baik sumber daya uang maupun waktu.
Menyiasati registrasi
Memang kala itu awal tahun 90-an uang registrasi kuliah tidaklah mahal bahkan termasuk yang paling murah di Indonesia. Waktunya pun cukup luang yaitu selama hampir dua bulan. Namun tak setiap mahasiswa menghadapi hal tersebut dengan sederhana. Masa libur semester merupakan waktu yang ideal untuk melakukan petualangan ke final frontier sehingga bisa dianggap pula merupakan “masa registrasi petualangan” untuk memperbaharui petualangan-petualangannya. Seringkali dana yang dipakai untuk bertualang itu merupakan uang registrasi kuliah yang harus dibayarkan. Seingat saya tak ada orangtua yang setiap semester mengalokasikan dana untuk membiayai petualangan-petualangan anaknya semasa menuntut ilmu di kampus.
Disinilah triknya; jadwal registrasi biasanya bulan Juli sehingga beasiswa dari orangtuapun mengucur tak lama setelah Ujian Akhir Semester selesai di bulan Juni. Namun tentu saja kala jadwal registrasi telah dimulai, para petualang yang kere dan cerdik ini tak segera melakukan registrasi melainkan memakai dana tersebut untuk bertualang ke pelosok negeri demi mencari pengalaman baru. Mereka sudah terlalu hapal bahwa akan ada registrasi ulang di bulan September dan uang POMA kala itu sudah turun kepada unit-unit kegiatan kampus. Tak ayal uang yang tak seberapa itu segera digasak untuk menambal ongkos perjalanan tim.
Keringanan registrasi ulang ini menjadi kesempatan dalam kesempitan yang jarang dilewatkan. Ada denda yang harus dibayar namun dibandingkan petualangan yang telah memberi mereka wawasan pengetahuan yang luas apalah artinya. Bisa dibayangkan bahwa perjalanan pergi hingga pulang dari final frontier itu bisa memakan waktu hingga satu bulan lamanya. Sehingga kerap tak mungkin melakukan registrasi di kampus karena sedang berada disuatu tempat antah berantah. Entah kenapa kala itu pihak akademik tak mengijinkan registrasi diwakili oleh orang lain padahal hanyalah masalah uang. Harusnya tinggal setor ke bank juga beres.
Selembar slip kuning yang berharga
Lebih seru lagi, terkadang karena langsung melanjutkan ke petualangan berikutnya, para petualang kita baru sampai di Bandung pada bulan September hingga registrasi ulang pun tak sempat dilakukan. Thanks God.. kala itu semua masih dilakukan secara manual dan administrasi di rektorat masih berantakan, sehingga bulan Oktober registrasi masih dapat dilakukan. Tentu saja dengan menyelinap ke bagian di rektorat, tidak lagi di fakultas.
Dalam perhitungan mereka, akan memakan waktu hingga sebulan untuk mengumpulkan data mahasiswa yang melakukan registrasi susulan di masing-masing jurusan dan fakultas untuk kemudian mengirimnya ke pusat sehingga sedapat mungkin tak melewati bulan Oktober untuk registrasi itu. Tentu saja mereka sudah terlalu hapal petugas akademik yang berwenang di bagian registrasi pusat. Yah, sekedar memberi tanda terimakasih untuk ngecap slip registrasi bisa dimaklumlah.
Selembar slip berwarna kuning yang talah mendapat pengesahan rektorat itulah yang ditunggu-tunggu oleh para petualang. Mereka kini bernafas lega karena telah kembali masuk ke dalam suatu sistem birokrasi akademik yang rumit di kampus. Yang bila diikuti bisa membuat lumpuh jiwa yang bebas.
Tunggu dulu… ,benarkah persoalan akademik mereka telah selesai dengan sempurna? Lalu bagaimana dengan pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) yang terabaikan selama berbulan-bulan hingga telah mendekati waktu Ujian Tengah Semester? Para petualang kita, dengan caranya sendiri, akan selalu mempunyai cara. Don’t worry be happy, life goes on.