Nikmatnya Martabak Keju di Medan Operasi

diklat panitia2by Bayu Bhar

Cuaca muram kembali memayungi bumi perkemahan Ranca Upas di Ciwidey pada sore hari itu. Para panitia diklat pun malas bergerak, mereka defensif saja di mushola sambil menunggu hujan reda. Hanya segelintir pelatih yang tetap memantau pergerakan siswa. Itu pun dari jauh saja, ogah berbecek-becek dilumpur sedalam lutut.

Martabak keju ngeunah jigana..” gumam Bais berkhayal melihat gerimis diluar.

Ide alus tah,” sambut Akuy.

“Nyam..nyam..”  Bar membayangkan keju hangat mencair di mulutnya.

Sok sum-sum, nke meuli ka Ciwidey,” ujar Adjat yang juga ngiler.

Semua ikut terprovokasi, lalu mengumpulkan uang untuk dibelikan martabak keju. Demi memuaskan nafsu impulsif panitia  atas martabak, Adjat dan Susy kemudian ”rela” berboncengan motor menembus gerimis dan kabut dari Ranca Upas menuju Ciwidey demi mencari tukang martabak. Padahal mungkin memang sedang ada chemistry diantara mereka berdua.

Menjelang maghrib  mission accomplished, keduanya kembali dengan sekotak martabak yang masih panas. Segera para personil yang ada di mushola berebut mengambil bagiannya. Di tengah hawa dingin, cuaca gerimis dan rasa lapar yang menggelitik martabak keju ini sungguh fantastis rasanya. Daging martabak yang tebal dan renyah, rasa keju yang lumer di mulut dan disantap dalam keadaan masih panas, membuat siapapun ingin menambah lagi potongannya.

Namun alih-alih ikut menikmati martabak, Tera sang Danlat masih duduk tenang-tenang saja di pintu mushola. Ia merokok santai sambil membuka ikatan sepatu lars ceko-nya. Bahkan tak terlihat buru-buru.

“Ter, arek moal?” Akuy kembali menawarkan.

Keburu beak lho Ter,” Susy mengingatkan. Ia tahu benar rakusnya gerombolan itu.

“Sok..sok ..kalem we,” ujar Tera sambil tetap duduk  santai di ambang pintu.

Sementara itu yang lain tak menyia-siakan setiap cuilpun dari martabak itu. Bagai gerombolan predator yang berebut menghabiskan mangsanya, memakan apa saja yang bisa dimakan.

“Ter, kaburu beak yeuh,” ujar Bonk mengingatkan teman seangkatannya itu. Ia mencemaskan sisa martabak yang semakin ter-erosi.

“Sok..sok ..kalem we,” kembali respon Tera serupa. Ia tak menyadari sekumpulan perut yang kelaparan sedang mengincar potongan martabak yang tersisa. Jabatan Danlat tak menjadikannya aman dalam pembagian martabak ini. Tangan-tangan kelaparan semakin beringsut mendekati kotak martabak. Suasana semakin kritis… namun Tera tak juga menyadari. Ini bagai sebuah blunder dalam permainan catur!

Meureun Tera mah teu resep martabak keju,” bisik Bar.

Jigana mah kitu kasus-na,” gumam Wawan sambil mulutnya penuh.

Beakeun wae kitu?” tanya Opik.

Tanpa dikomando, tangan-tangan kelaparan bertumpuk diatas potongan martabak yang tersisa. Cabikan-cabikan terakhir melumatkan martabak tersisa yang seharusnya merupakan bagian Tera. Setelah mangsanya habis, para predator kembali beringsut kedalam sleeping bag-nya, bagai singa-singa yang telah kenyang makan kembali tidur-tiduran di padang rumput.

Sementara itu barulah Tera menyadari situasinya. Ketika membuka kotak martabak, ternyata isinya sudah kosong melompong. Tera melongo agak lama… bayangan martabak yang lezat mendadak pupus. Wajahnya yang putih  pun mendadak merah padam karena kesal, ia melihat berkeliling kepada semua yang kini sudah berbaring manis dalam kehangatan sleeping bag masing-masing.

Teu ngagehkeun martabak jang urang?” sungutnya kesal.

Sugan teh teu resep maneh mah,” kata Adjat sambil nyerengeh.

Enyah heu-euh..lebar atuda,” cetus Dodi.

Muka Tera makin merah padam. Ia patah hati melihat kotak martabak itu kosong melompong.

Jadi nu kieu ngaranna persaudaraan teh? Urang mah ngetes we, inget teu ka dulur..” Tera menuangkan kekesalan pada teman-temannya itu. Ambek kabegung. Lalu karena kesal ia kembali memakai sepatunya, dengan lunglai menahan lapar beranjak keluar menuju gerimis dan dingin diluar.  Seperti film yang berakhir sad ending.

“Guoblog..” gerundel Tera seraya meninggalkan mushola.

Sementara yang lain tanpa merasa bersalah saling cekikikan didalam sleeping bag-nya masing-masing. Dalam urusan perut di medan operasi kala itu, tak ada yang dijamin aman posisinya bahkan jabatan Danlat atau Ketua DP sekalipun. Segera eksekusi dikala ada kesempatan.. apapun konteksnya.

 

Even    : Diklat angkatan  Kabut Cijanggel