Pertempuran Dien Bien Phu adalah peristiwa sejarah yang terkenal dimana kemenangan telak pasukan Vietnam atas tentara kolonial Perancis dikenang sebagai salah satu peperangan yang menentukan (decisive battle) di abad XX, sehingga kota Dien Bien Phu sendiri bisa disebut merupakan sebuah monumen kemenangan bangsa Vietnam.
Perancis kembali ke Indochina setelah Perang Dunia ke II, melalui French Expeditionary Forces Far East, mirip tentara NICA Belanda yang kembali ke nusantara untuk menguasai Indonesia. Peperangan heroik pasukan Vietnam melawan korps ekspedisi Perancis berlangsung selama 55 hari (13 Maret – 7 Mei 1954) pada tahun 1954. Perancis mengalami kekalahan telak dimana Jenderal De Castries beserta stafnya tertawan dan kehilangan lebih dari 16.000 pasukannya.
Perancis berharap bisa mengulang kesuksesan taktik tempurnya seperti di Na San tapi keputusan FEF untuk menduduki Dien Bien Phu tanpa menguasai bukit-bukit disekitarnya menjadi malapetaka. Disamping kurangnya dukungan serangan udara dan artileri dari luar Dien Bien Phu, tentara Vietnam juga sudah belajar banyak dari kekalahan mereka di battle of Na San.
Kekalahan Perancis yang telak pada Mei 1954 di battle of Dien Bien Phu oleh tentara komunis Vietnam Utara (Viet Minh) dalam pertempuran yang tidak imbang (outnumber) Divisi FEF melawan Divisi Viet Minh tidak lepas dukungan dari China dan Uni Soviet. Sejak mendapat dukungan dari sekutu komunisnya, pasukan Viet Minh bukan lagi didominasi oleh gerilyawan dan milisi, melainkan divisi-divisi tentara reguler yang diperlengkapi dengan senjata modern dari Uni Soviet seperti roket Katyusha dan persenjataan Amerika yang direbut tentara merah setelah kemenangan Mao dalam perang saudara di China.
Serangan artileri Divisi Ke-312 Viet Minh pada tanggal 13 Maret 1954 terhadap benteng Perancis “Beatrice” memulai perang terbuka di Dien Bien Phu. Artileri meriam Viet Minh yang bertubi-tubi menghantam benteng Beatrice berhasil membinasakan para komandan tempur pasukan Perancis yang bertahan di benteng itu. Artileri Prancis sangat frustasi karena tak dapat membalas serangan pada meriam-meriam lawan yang tersamar begitu baik.
Perlawanan Prancis di Beatrice runtuh pada tengah malam, dengan korban sebanyak 500 tentara tewas. Walau sempat meluncurkan serangan balik keesokan paginya, Prancis sudah kalah dalam pertempuran di Beatrice ini. Benteng-benteng lain yang dipertahankan pasukan Perancis di sekitar Dien Bien Phu yaitu Gabrielle, Anne Marie, Huguette, Dominique, Claudine, Eliane dan Isabelle pun kemudian berjatuhan satu persatu ke tangan Viet Minh.
Kekalahan telak ini membuat Perancis mundur dari seluruh daerah jajahannya di Indochina dan membuat Perjanjian Perdamaian dan Transfer Kekuasaan pada Juli 1954 di Jenewa. Dalam persetujuan Genewa 1954, antara Perancis dan Viet Minh, ditetapkan bahwa Vietnam akan dibagi menjadi dua pada garis 17th Paralel, dan akan menyelenggarakan Pemilihan Umum mengenai nasib Vietnam Selatan. Perjanjian ini kelak berbuntut pada Perang Indochina Kedua.
(ditulis dalam rangka Ekspedisi Vietnam 2011)