Tiki Taka Ekspedisi

207310_1015741846601_9280_nAgustus 1994. Persiapan ekspedisi ke Sulawesi mencapai puncaknya, peralatan dan logistik mulai menggunung di area sekretariat Dipati Ukur. Dalam hitungan hari 20 orang personil dan satu ton logistik akan diberangkatkan ke Makassar untuk selanjutnya berpencar menuju Maros,  Enrekang dan Cake. Itulah kecamatan terdekat dari masing-masing tujuan tim ekspedisi yaitu gua-gua karst Bantimurung, tebing Bambapuang dan pegunungan Latimojong.

Masing-masing tim tentu membawa peralatan dan logistik yang berlainan sesuai kebutuhannya. Namun dalam gelar cek logistik di koridor kampus, suasana kurang puas mengemuka. Ini terutama dari tim gunhut yang logistiknya digelar berdampingan dengan tim panjat. Wajar saja, tumpukan logistik tim Bambapuang tampak menggunung dibanding tim Latimojong. Menunya pun lebih mewah.

Eta kiju jeung kornet meni loba kitu..bagi atuh,” ujar Dodi.

Aya kacang mede, kismis, coklat, susu  dst..” protes Luthfi mengeja satu persatu logistik tim panjat,” ari urang nu loba na indomie.”

“Bisa muka warung  ieu mah,” sungut Wawan.

Tim gunhut terdiri dari Dodi, Wawan, Luthfi, Bar,Akuy, Brenjon dan Adjat. Sementara tim panjat terdiri dari Opik, Bonk, Ipin,Ayung dan Hilman

“Hiss..pan ieu mah sesuai kebutuhan kalori tim,” kata Opik ketua tim panjat dengan kalem.

“Salah sorangan teu meuli loba.. wew,” ledek Bonk.

Meuli deui we atuh tambahan logistik keur tim gunhut,” cetus Bar,” aya keneh anggaran teu Phil?”

“Nyaeta..beak,”desah Luthfi yg disiplin dalam anggaran.

Kurang puas dengan drawing logistik ini, para anggota tim gunhut berkumpul membentuk quorum di pojokan dekat WC , membicarakan nasib mereka.

“Teu bisa kieu carana..”

“Kumaha atuh?”

“Di cik ah we.”

“CCL ?”

Dari bisik-bisik itu  timbullah ide jahil untuk menambah sedikit logistik bagi tim gunhut dan sedikit mengerjai tim panjat. Dodi dan Bar berjalan mendekati tumpukan logistik  milik tim panjat yang dijaga oleh Hilman dan Ipin, dari angkatan TS yang paling muda saat itu. Ini mirip menggiring bola masuk ke kotak pinalti lawan dalam permainan sepakbola.

“Siap?” Dodi memberi isyarat. Akuy dan Adjat mengangguk, Wawan dan Kuphil bersiap.

Hilman dan Ipin yang bertugas menjaga kotak pinalti tak sadar gawangnya sedang diincar. Mereka santai saja ngobrol persiapan ekspedisi.

Ctakk..sebuah kaleng kornet ditendang oleh Dodi dari tumpukan itu, dioper kepada Bar. Hanya dengan sebuah sentuhan Bar meneruskan umpan kepada Wawan yang langsung membungkusnya. Aman!

Tiki taka pun dilanjutkan.Kini sebuah keju yang jadi sasaran serrr.. kotak Kraft itu segera bergeser dari kaki-ke kaki. Adjat segera menangkap sodoran dan menetralisirnya. Kotak sardencis tak ketinggalan di kick and rush..Demikianlah beberapa ransum berhasil dipindahkan ke safe house, sementara libero lawan tak juga menyadari.

Berkurangnya logistik baru disadari ketika daftar tumpukan direkonsile dengan bon pembelian. Tak ayal Ipin dan Hilman kena damprat dari Opik.

“Ari maneh sarare..naha bisa kurang logistik?!”  cecarnya pada mereka.

“Tapi kang..da tadi mah tos pas..” jawab Hilman.

”Leres kang, tos dietang..” Ipin juga merasa yakin atas hitungannya.

“Kamana atuh sesana?”  tanya Opik. Ipin dan Hilman bingung, mencari-cari hingga ke pot-pot tanaman. Tentu saja tak ditemukan.

“Teangan nepi kapanggih!” seru Opik masih kesal pada keduanya. Sambil berkeringat dingin mereka menghitung kembali tumpukan logistik tim.

Sementara itu para pemain watak tim gunhut pura-pura sibuk beraktifitas. Adjat pura-pura menghitung ulang logistik, Brenjon seperti mengitung-hitung sesuatu.

“Aman logistik Pik?” tanya Wawan  pura-pura bersimpati. Yang lain bersusah payah menahan ketawa. Akuy bersiul supaya tawanya tak lepas.

Opik pun paham..tak ada harapan menemukan kekurangan logistik itu. Para pelakunya sudah jelas namun untuk membuktikan sebuah perkara tentu harus ada beberapa syarat : pengakuan, barbuk, kesaksian, atau saksi ahli. Tak satupun yang memenuhi. Ipin dan Hilman pun ketiban sial dijewer  atas kelalaiannya. Tapi tak apa memang, karena logistik tim panjat masih lebih dari cukup. Namun kewaspadaan memang harus dimulai sejak awal, tak hanya nanti di medan petualangan.