Tempat Berkumpul Mengawang Sepi

Dahulu kami memiliki beberapa tempat favorit untuk escape dari kesumpekan kota. Namun semua kini sudah banyak berubah hingga tempat-tempat itu terasa makin samar. Tanpa bermaksud sok soliter, rasanya tak mungkin menjadikan Ranca Upas kini sebagai tempat berkumpul para pemburu tua. Walau hujan, kabut dan suasana rawa masih memelihara rasa namun sebuah elemen telah hilang : sepi. Bagi sebagian orang, ia adalah sosok tersendiri, kala pribadi bisa berbicara dengan diri sendiri. Tersenyum dan terisak tanpa alasan seraya dipeluk sepi yang menghibur kegundahan hati. Namun bila harus menerobos hutan ke Leuweung Tengah pun hemm..rasanya kini sudah tak semilitan itu.

Situ Lembang era 1980-an

Di sisi lain, kesunyian itu masih hadir di Situ Lembang namun tak tiap saat bisa disambangi. Kala kerinduan tak tertahankan, dan Situ Lembang tak bisa dimasuki, seperti dipisahkan dari sang kekasih hati. Kadang harus mendaki gunung Burangrang untuk menatap danau yang berbisik tentang rindu. Memandanginya dari kejauhan serasa mendengar desah rindu yang menyayat. Area Sukawana sebenarnya masih memiliki banyak tempat untuk menyepi, namun kurang memliki klimaks yang memadai sebagai tempat berkumpul. Jangan bilang curug Layung yang sering hilir mudik wisatawan tempat ideal untuk menyepi.

Kenapa tak di area Bukittunggul? Well to be honest, area ini dulunya pun sebagai jalur melintas. Jalurnya lah yang bersejarah namun sebagai tempat tujuan rasanya jarang memaksakan diri. Demikian juga sekitar gunung Manglayang tempat yang masih sering kami kencani hingga kini. Meliuk-liuk di jalurnya lah yang dirindukan, namun akan percuma mencoba menumbuhkan romantisme berkumpul. Kalau ke Jayagiri memang kenapa? Duh, melihat jalur yang hancur oleh ban-ban Simexx dan Xtra Grip saja rasanya sudah sesak didada. Bagaimana dengan Cikole? Are you serious…

Warung ma Idah, Jayagiri

Tentu saja tak mungkin melupakan pelantikan di Ranca Upas atau suasana pendidikan di Situ Lembang, tetapi hidup adalah sebuah perjalanan. Kurang realistis kembali berharap memeluk sepi di kawasan Ranca Upas atau tiba-tiba ngeloyor pergi ke Situ Lembang kala membuncah rasa rindu.

Lalu barangkali kami mulai paham bahwa aura tempat-tempat yang bersejarah itu tak hilang namun bersemayam dihati. Lalu pada saatnya meraya, jiwa-jiwa itu membutuhkan “suasana dahulu”, bukan tempat yang dulu. Tidak mesti tempat yang sama, namun suasana yang serupa. Ditempat itulah para pencari sunyi itu akan riuh meluruh, merindu dalam sepi.