Pada tahun 1990-an KA Badra Surya (Bandung Raya Surabaya) adalah kereta api kelas ekonomi legendaris dengan trayek dari Stasiun Bandung Kebon Kawung (Stasiun Hall) menuju Stasiun Surabaya Gubeng. Trayek panjang ini populer bagi para petualang di kampus sebagai moda transport paling terjangkau untuk menuju the final frontier. Kereta yang telah setia melayani sejak 1970-an ini berhenti beroperasi tahun 1997 –kurang lebih tahun yang sama generasi kami lulus kuliah- dan diganti dengan KA Pasundan.
Kereta Api Badra Surya telah beberapa kali berganti nama, muncul pertama kali dengan nama KA Ekspres Siang Jaya. berangkat dari Surabaya pagi-pagi sampai Kroya dipecah dua. Sebagian rangkaian KA menuju Bandung dan sebagian lain meneruskan perjalanan menuju Jakarta. Sekitar tahun 1970an rangkaian KA yang menuju Jakarta dihilangkan dan semua rangkaian KA dari Surabaya menuju Bandung dan sebaliknya.
Sekitar tahun 1985 namanya berubah menjadi KA Badra Surya dengan kelas ekonomi dan bisnis. Di jaman Perumka KA Badra Surya pernah menjadi raja jalur selatan waktu siang hari hampir selalu tepat waktu, malah kadang-kadang terlalu cepat untuk jadwalnya. Sebelum KA Pajajaran atau Argo Wilis beroperasi, sering KA ini dirangkai dengan gerbong K1 yang dicharter wisatawan asing dari Bandung ke Yogya.
Selama perjalanan jika berangkat dari Bandung, para penumpang bisa menikmati indahnya panorama pengunungan di Bumi Parahyangan Timur serta kali Progo di daerah Wates dan kali Serayu di daerah Banyumas. Sedangkan jika berangkat dari Surabaya para penumpang akan disuguhi hamparan sawah dan perkebunan jati di daerah Caruban, serta kali Progo dan kali Serayu di daerah Banyumas. (Wikipedia)
Pada saat itu hanya dengan Rp. 8.500,- para petualang kita sudah sampai di Surabaya dan dengan menambah Rp. 2.000,- lagi maka akan disambung dengan kereta ke Banyuwangi lalu dengan bis DAMRI menuju Denpasar. Berbagai gunung dengan ketinggian diatas 3.000 meter di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan tujuan utama serigala-serigala muda di kampus masa itu. Kereta ini juga menjadi andalan untuk menuju Surabaya lalu menyeberang ke Sulawesi.
Para petualang dari kampus itu telah mendapat banyak hikmah dalam berbagai keterbatasan yang ada. Perjalanan-perjalanan yang panjang telah membuat hati mereka langsung bersentuhan dengan berbagai lapisan masyarakat, hingga yang paling marjinal sekalipun. Mata hati dari kampus yang masih segar dan polos itu diperkenalkan kepada kerasnya kehidupan rakyat kecil, lalu dituntut untuk mengambil hikmahnya. KA Badra Surya telah berjasa menghamparkan luasnya dunia petualangan kepada para marhaen muda. Dengan setia ia menyapih para petualang itu dari bayi yang tertatih-tatih untuk tumbuh menjadi serigala-serigala muda lalu menghantarkan mereka dewasa menjadi singa-singa dunia petualangan.