Tereliminasi di Tambora Idol

206498_1015755286937_4784_n

Mountains are earth’s undecaying monument. (Nathaniel Hawthorne)

 

Pertahanan catenaccio ala Italia yang solid dari Ririn Wulandari akhirnya ambrol juga kala menuruni jalur Senaru di kaki gunung Rinjani. Setelah melakukan pendakian yang berat di  gunung Tambora dan Rinjani dalam waktu seminggu, ketahanan fisiknya telah mencapai batas. Setelah seminggu dengan gagah berani mengimbangi para pendaki paling macho masa itu akhirnya Ririn melempar handuk warna pink ke arena, tak lagi sanggup melanjutkan pendakian selanjutnya ke gunung Semeru. Ia harus mendengarkan badannya merintih kelelahan.

Itupun sebetulnya sudah terbilang luarbiasa mengingat mahasiswi FIKOM itu merupakan satu-satunya perempuan dalam tim beranggotakan tujuh orang yang sejak awal berencana melakukan pendakian marathon tiga gunung. Tujuan pokok sebenarnyanya adalah pengembaraan di gunung Tambora, namun mengapa tidak sekalian saja mendaki gunung Rinjani dan gunung Semeru yang “berdekatan” dalam rangka menaikkan elo rating pendakian.

“Kalau masih ada sisa logistik buat saya aja, Rin,” ujar Bar yang senantiasa mepet logistiknya.

“Saya mah mentahnya aja buat nambah ongkos pulang nanti,” sambung Wawan yang selalu dalam kondisi tight money policy.

“Pang-afdrukin foto-fotonya ya Rin,” seakan Dodi tak mau kalah menindas Ririn yang malang.

“Berani ga pulang sendiri, Rin?” tanya Adjat mencoba berbasa-basi.

 

Ririn hanya mesem-mesem. Sudah badan capek harus menahan dongkol pula. Alih-alih menghibur kepulangannya, yang lain tanpa merasa bersalah tak henti-hentinya meledek.

 

Triyanto dilain pihak merupakan salah satu yang terkuat dalam tim pendakian itu.  Sosoknya yang  tinggi dan tegap memiliki langkah-langkah panjang yang akan dengan mudah melewati yang lain. Di medan pendakian Tambora, ia didaulat membawa carrier Karimor Condor berisi perlengkapan tim yang paling berat saat melewati medan paling menanjak dari pos III ke pos IV. Ia pula yang kebagian tugas membuka jalan setapak yang dipenuhi semak jelatang (Sunda : tereptep) yang bila tergores kulit akan terasa panas menyengat dan membuat kulit gatal  berwarna kemerahan.

“Da maneh mah kuat, Tri. Sok atuh muka jalan,” ujar Bar yang enggan terkena daun jelatang.

“Maenya weh atuh pan preman..’” timpal Lutfhi yang sama-sama kecut.

“Engke ku urang difoto Tri,” ujar Adjat sambil nyerengeh. Kedudukan sebagai fotografer tim memberinya bargaining power yang kuat.

“Barudak mah ka aing teh..’” gerutu Triyanto yang tak bisa berkelit.

 

Tak lama kemudian dengan memegang golok tebas dan ikat kepala mirip Rambo ia menerjang ladang jelatang itu untuk sebuah misi “bunuh diri” bagai sebuah kamikaze pilot Jepang.

“Aww…aww.. panas euy..” jeritnya kala duri-duri halus mulai menyengat kulit.

“ Terus..terus..era atuh ku setelan  Rambo,” teriak Wawan memanasi.

“Aww..anying..aww..’” suara jeritnya lama kelamaan makin sayup seiring Triyanto hilang dari pandangan.

 

Setelah jalur setapak terbuka yang lain melewati ladang jelatang dengan leluasa. Mereka mendapati Triyanto terkapar dengan sekujur tangannya bengkak dan kemerahan.

“Kunaon eta leungeun Tri?” tanya Dodi sambil nyerengeh.

 

Setelah menuntaskan pendakian gunung Rinjani dan Tambora, Triyanto dilanda kegelisahan hebat. Fisiknya masih kuat, namun cadangan devisanya sudah habis. Itupun belum membeli oleh-oleh untuk keluarga di Bandung. Meminjam dari teman bukan pilihan, karena yang lain pun pasti pas-pasan juga. Wawan angkat tangan, Adjat geleng-geleng kepala, Bar memperlihatkan dompetnya yang hampir tak berisi.

“Aya oge parafin arek?,” tanya Dodi.

“Sok baelah urang moal meuli oleh-oleh tapi maneh jadi porter urangnya nke di Semeru,” ujar Luthfi cengengesan.

 

Triyanto makin mesem-mesem. Sudah gelisah harus menahan dongkol pula. Alih-alih menghibur kepulangannya, yang lain malah meledek.  Ya sudah.. seperti  lagu Bondan feat Fade 2 Black, ia pun menghapus  niatnya mendaki Semeru. Triyanto seperti juga Ririn melempar handuk sesampai di Surabaya, dengan alasan yang berbeda. Hanya saja kalau Ririn melempar handuk warna pink yang harum Molto pewangi, Triyanto melempar handuk kumel beraroma kaus kaki. Dua kontestan pun tereliminasi, tertinggal lima pendaki memperebutkan trophy Tambora Idol.