Psychological First Aid for Disaster

Seminar “Psychological First Aid” disampaikan oleh Ibu Tutty I. Sodjakusumah, Dra., M.Sc.,M.Litt dan tim dari Fakultas Psikologi UNPAD. Peserta berasal dari para relawan Bencana Longsor Cimanggung dari berbagai unit mahasiswa dan komunitas.
Sebelumnya para pemateri dan peserta dites rapid antigen SICEPAD terlebih dahulu di Klinik UNPAD Jatinangor.

Dalam psikologi, trauma diartikan sebagai luka psikologis yang bisa bersifat individual maupun massal. Bisa terjadi kepada siapapun, baik anak kecil hingga orang tua. Hal itu diungkapkan oleh ahli Psikologi Budaya Fakultas Psikologi Unpad, Tutty I. Sodjakusumah, Dra., M.Sc., M.Litt.

“Trauma adalah satu situasi dimana ia merasa ketakutan dan terancam akibat situasi yang sifatnya menyakitkan/menakutkan, tidak bisa diprediksi dan mendadak,” ujar Tutty.

Dalam konteks bencana, baik skala kecil maupun besar, kondisi trauma memperlihatkan korban tidak mampu mengontrol dirinya sendiri. Bayangan bencana yang menakutkan terus menekan dirinya. Konidisi ini bisa dikurangi dampaknya bila segera ditangani dengan cara trauma healing.


Menurut Tutty, trauma healing adalah meminimalisir sebesar mungkin dampak trauma pada seseorang/massal. Bisa dari hal yang paling ringan seperti mengalihkan perhatian korban dan situasi yang tidak menyenangkan, hingga beragam bentuk terapi seperti yoga.

Karena bisa terkena kepada siapa saja, trauma juga bisa menyerang bukan hanya kepada korban, melainkan kepada relawan yang membantu.


Dosen yang aktif menangani penyintas (orang yang mampu bertahan hidup –red.) bencana alam di Indonesia ini menuturkan, hanya saja penanganan trauma healing terhadap korban bencana acapkali tidak terkontrol dengan baik. Pengalaman di lapangan, banyak LSM/ individual yang ikut membantu melakukan trauma healing, terutama dalam konteks anak-anak.

Belum adanya kontrol yang baik terhadap LSM menjadi masukan Tutty kepada stakeholderterkait, seperti BNPB, BPBD, maupun Kementrian Sosial. Kontrol ini juga termasuk penanganan awal pascabencana. Ambil alih siapa komando penanganan bencana adalah langkah efektif agar penanganan dapat dilakukan dengan baik.

Begitu manajemen sudah dilakukan dan ada komandonya, semua badan yang berwenang haruslah bekerja sama, termasuk media. Media, menurut Tutty, justru memiliki keuntungan dari segi kecepatan informasi. Hal ini perlu dikoordinir dengan baik oleh komando, agar informasi yang didapat tidak melebar kemana-mana. Semua terpusat dan terpadu di satu pintu.

Pengaturan ini bukan berarti menghambat gerak media, namun mengarahkan media untuk menyebarkan informasi dengan benar. Kesimpangsiuran pemberitaan seputar bencana justru akan menambah trauma.

“Mereka harus kerja sama. Itu cara yang paling ampuh melakukan trauma healing. Begitu manajemen sudah jalan, baru tim ahli tahu apa yang harus dilakukan,” kata Tutty.

Hal yang juga penting adalah, informasi mitigasi bencana harus terus dilakukan oleh BPBD. Jangan sampai menunggu bencana terjadi. BPBD harus konsisten memberikan penyuluhan agar informasi mitigasi ini dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat. Lalu, bagaimana peran Perguruan Tinggi dalam kondisi tersebut? Unpad seharusnya membentuk semacam Crisis Center. Karena Unpad memiliki banyak potensi keilmuan yang bisa diaplikasikan untuk menangani penyintasan bencana alam.