YPA Palawa Indonesia sebagai rumah singgah, sebuah prolog…
Membaca akta pendirian YPA Palawa Indonesia tersirat bahwa gagasan utama pendiriannya adalah untuk mewadahi aspirasi & semangat anggota alumni Palawa Unpad yang masih menggebu-gebu untuk beraktivitas & terlibat dalam kegiatan outdoor. Tentunya tidak sekedar aktivitas outdoor biasa namun yang memiliki maksud & tujuan di bidang sosial kemanusiaan. Sebuah idealisme lama yang terbentuk ketika masih aktif sebagai mahasiswa & sejatinya menjadi jatidiri Palawaers yang nampaknya tidak akan pernah padam.
Namun demikian, berbekal idealisme saja ternyata tidak cukup. Sampai dengan saat ini, patut diakui walaupun YPA Palawa Indonesia sdh berdiri selama 3 tahun, kiprahnya seolah-olah timbul tenggelam. Pastinya dengan usia yang masih seumur jagung itu beberapa prestasi mungkin sudah ditorehkan, namun kesinambungan program yang menjadi bahan bakar organisasi masih dirasa kurang. Dengan segala keterbatasan kendala dan peluang yang ada sudah saatnya dipikirkan bagaimana yayasan Ini bisa tumbuh & berkembang kearah yang kita harapkan bersama-sama.
Saya membayangkan yayasan ini bisa berfungsi sebagaimana layaknya rumah singgah bagi para alumni Palawa Unpad. Kenapa rumah singgah? Sebab para alumni palawa unpad yang sudah lulus & menyelesaikan kuliahnya selanjutnya secara alami dituntut peran yg lebih produktif secara ekonomi. Apalagi ketika mereka sudah terikat dengan tanggungjawab berkeluarga, tuntutan peran ini pastinya akan lebih kuat mengalahkan idealisme lainnya.
Tentunya dengan tuntutan yang sedemikian, sulit kiranya mengharapkan yang bersangkutan untuk mampir dirumah ini lebih dari sekedar singgah. Sebagaimana halnya anak jalanan yang menyebar mengisi pelosok kota untuk mencari sesuap nasi. Demikian pulalah analogi ini mengibaratkan menyebarnya alumni palawaers. Oleh karena itu, saya pikir yayasan dapat mengadopsi konsep rumah singgah ini untuk mengatasi kendala2 berkegiatan dan sekaligus dapat mengoptimalkan peluang2 yang ada.
Mungkin yang berkecimpung di dunia volunterisme anak jalanan akan bisa lebih kompeten menjelaskan konsep ini. Saya juga tidak berpretensi apa-apa dengan menggunakan konsep ini. Namun saya suka sekali dengan pendeketan rumah singgah ini dan rasanya bisa cocok dengan aktivitas yayasan ini ke depan. Dari apa yang saya pahami, konsep rumah singgah lebih berusaha memecahkan akar permasalahan anak jalanan. Tidak semata-mata mengejar & menggiring mereka yang mengotori kota ke panti2 untuk diberi penyuluhan dan seterusnya tapi dengan pendekatan yang lebih persuasif, yakni dengan menyediakan wahana perantara antara anak jalanan dengan pihak2 terkait.
Bukan berarti selama ini alumni palawaers dikejar & digiring untuk terlibat dlm kegiatan yayasan namun karena justru selama ini yayasan kurang melibatkan sekian banyak potensi alumni. Maka sebagai solusi, ada baiknya yayasan bertindak seperti rumah singgah, lebih menjemput bola, merangkul semua pihak & mengupayakan kemitraan dengan pihak2 terkait, termasuk kemungkinan memanfaatkan institusi tempat alumni bekerja untuk mendukung aktivitas yayasan. (Luthfi Rantaprasaja, 2009)