Serigala-Serigala Muda

196014_1015797367989_4790_nFreedom – to walk free and own no superior (Walt Whitman)

Bagi para mahasiswa yang baru beberapa bulan lalu selesai mengikuti diklat pecinta alam, waktu yang berjalan dari hari ke hari dirasakan dengan kegelisahan. Semacam dorongan yang memuncak untuk pergi ke alam liar begitu menggejolak di dalam diri masing-masing. Setiap orang tak sabar melepaskan energi yang baru diserapnya dari alam. Menanti waktu untuk melakukan petualangan pertama bersama teman-teman baru seakan masa yang tak jua datang.

Pendakian gunung Ciremai
Barulah pada bulan Juni yaitu empat bulan setelah diklat selesai dilalui, saat yang ditunggu-tunggu itu pun tiba dan tujuan mereka kini adalah mendaki gunung Ciremai (3.078 meter dpl). Gunung yang terletak di perbatasan tiga kabupaten ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Konon kata ciremai berasal dari buah ceremai yang banyak terdapat di sana. Di kawasan puncaknya terdapat Kawah Gegerhalang yang bertingkat seluas 4 km x 5 km.

Jalur untuk pendakian menuju puncak dapat melewati Linggarjati (Cirebon), Palutungan (Kuningan) atau Apuy (Majalengka). Jalur pendakian yang paling umum adalah melalui rute Linggarjati karena walau medannya terjal relatif lebih aman. Beberapa pos pendakian setelah desa Linggarjati adalah bumi perkemahan Cibunar, Kuburan Kuda (1.400 mdpl), Pangalap (1.640 mdpl), Batu Lingga (2.150 mdpl), Sanggabuana (2.450 mdpl) dan Pangasinan (2.640 mdpl) sebelum akhirnya puncak Ciremai (3.078 mdpl).

Mendaki gunung Ciremai kala itu bagai melakukan suatu penjelajahan yang luar biasa bagi sebagian besar dari mereka. Tak pernah sebelumnya mendaki gunung manapun, memandang gunung yang menjulang itu terasa bagai menghadapi Mount Everest 🙂  Rasa gugup, senang dan sedikit takut bercampur baur namun kemudian semua seakan terhanyut oleh semangat yang mengalir deras. Young, wild and free.

Modal kebersamaan
Suasana kaki gunung terasa hiruk pikuk oleh kehadiran para mahasiswa yang akan mendaki gunung. Mereka terlihat tak sabar untuk mendaki gunung pertamanya itu. Hampir dua puluhan orang menjadikan suasana senyap di pos Linggarjati bagai di halaman kampus saja. Namun karena belum berpengalaman barulah diketahui dalam cek alat terakhir yang dilakukan di pos awal pendakian bahwa sebagian luput membawa beberapa perlengkapan standar. Ada saja yang lupa tak membawa membawa senter, ketinggalan alat makan atau malah tidak membawa sleeping bag. Sungguh konyol rasanya memulai babak awal petualangan yang dinanti-nantikan dengan berbagai kesalahan khas pemula.

Siapapun akan selalu mendapati kesalahan dalam menjalani petualangan pertamanya dan dari kesalahan-kesalahan itulah mereka belajar untuk memperbaiki diri. Namun dibandingkan semangat membara yang memenuhi jiwa mereka, berbagai kealpaan itu bagai rintangan tak berarti. Bersama teman-teman yang bersemangat dan selalu saling membantu, mereka mendaki gunung Ciremai dengan penuh kobaran api semangat dan keceriaan. Maka sepanjang pendakian mereka saling meminjamkan peralatan yang luput dibawa oleh temannya Kebersamaan itulah merupakan modal awal mereka untuk mencapai puncak tertinggi di Jawa Barat itu – dan kemudian puncak-puncak selanjutnya..

Serigala-serigala muda
Setelah petualangan yang pertama itu, alam liar kemudian tak henti-hentinya mempesona mereka. Gunung yang tinggi, sungai dengan arus yang liar, tebing-tebing nan menjulang dan gua nun jauh dibawah tanah sungguh merupakan gerbang pengetahuan lain yang mempesona jiwa muda. Menuju tempat-tempat ekstrim itulah mereka dengan caranya sendiri memuaskan hasrat akan keunggulan dan pengetahuan. Bentangan alam yang luas dan menakjubkan itu bagai padang perburuan bagi serigala-serigala muda untuk berlarian bebas melepaskan energinya. Serigala-serigala muda itu seolah tahu bahwa mereka ditakdirkan untuk menguasai padang yang membentang luas ini.

Kekuatan-kekuatan alam sedang tumbuh dalam diri mereka dan jiwa-jiwa muda merupakan magnet kuat yang menyerap energi bumi itu. Tanpa mengenal lelah mereka menimba ilmu dari berbagai medan petualangan di nusantara. Mereka selalu tak bisa berdiam diri dan terus berlari untuk menyalurkan kelimpahan energi yang dimiliki. Belajar tak saja dari tempaan cuaca buruk dan kontur alam yang ektrim namun juga dari persentuhan dengan hati yang polos sepanjang perjalanan. Mencoba memahami kalimat-kalimat yang tak diucapkan kawan seiring dan memaknai setiap perjumpaan dengan masyarakat kecil.

Kawanan serigala muda yang selalu haus akan pertarungan menjadi sosok yang tak dapat diremehkan di padang perburuan. Bekerjasama sebagai kelompok mereka akan sanggup melumpuhkan kekuatan yang lebih besar. Singa jantan yang perkasa tak sembarang melepaskan kekuatan besarnya demikian juga burung elang yang lebih sering mengawasi saja dari angkasa, namun serigala-serigala muda akan menerjang apapun yang menghalangi insting mereka. Semangat dan kekuatan kelompok muda itu membuat kagum para singa serta membuat iri elang-elang yang merajai angkasa. Kebersamaan merupakan kekuatan utama kelompok itu sekaligus juga menjadi kelemahannya.

Semua dalam kebersamaan
Jauh dari kelompoknya, dalam kesendirian seekor serigala muda tak cukup perkasa untuk bertarung sendirian. Minim pengalaman dan masih perlu banyak mengecap kearifan, sosok-sosok belia itu merupakan pribadi yang ringkih di alam liar. Hanya dengan kebersamaan, kekuatan mereka akan tumbuh besar dan dihormati. Suatu saat mereka akan beranjak dewasa dan matang dengan kekuatan sendiri yang semakin besar. Perlahan-lahan insting yang liar berubah menjadi butir-butir kearifan. Andai semua sempat tumbuh dewasa, maka mereka tak saja disegani karena kekuatannya namun dihormati karena kebijaksanaannya. Saat itulah masing-masing akan cukup kuat menempuhi setiap lekuk alam liar itu sendirian.

Namun para belia yang kikuk masih harus menunggu hingga sekian perjalanan lagi untuk mewarisi kekuatan itu. Berbagai perjalanan yang menguras tenaga, menempa mental dan mengusik hati nurani. Terkadang dengan susah payah menjaga supaya tak keluar tetesan air mata kala menahan rasa perih atau haru. Sekian banyak lagi gunung untuk didaki, ratusan kilometer keliaran arus sungai yang menantang nyali, terik pesisir pantai yang tak berujung dan berbagai persentuhan yang mengharukan dengan masyarakat di sepanjang perjalanan. Semua dalam kebersamaan.

Maka berlarilah serigala-serigala muda, selagi lelahmu kuncup.