by Rina Agustin
Hari sudah menjelang siang, aku turun dari kijang kotak jurusan Caheum-Ciroyom di Gerbang DU 35. Tumben Sabtu itu parkiran penuh mobil dan kelihatan hilir mudik orang berdandan rapi, ternyata hari itu ada wisuda di GSG. Akupun harus menyeruak sederet wisudawan yang sedang berpose standar di tangga masuk koridor ekonomi.
Sampai di koridor suasana sedikit lengang, tidak seperti diluar tadi. Saat melintas pintu ruang L (kalo ga salah) ruang kelas yang berlantai miring seperti bioskop di sudut koridor, aku melihat dua gunung nasi tumpeng nganggur teronggok di atas meja. Seperti Sindoro – Sumbing atau Merapi – Merbabu yang bersanding sepi. Selintas kulihat banyak potongan ayam dilembahnya, koq.. tega yah orang yang membiarkan tumpeng itu…pikirku, akupun segera melupakannya dan berlalu menuju sebuah sudut lain yaitu Sekret.
Disana sudah ada KP girls dan saudara2ku yang lain, karena hari itu kami memang sudah berjadwal untuk nginep di kolong tebing 125 Citatah dan akan manjat pada minggunya. Ternyata ikut nongkrong juga Bram dengan senyum simpulnya karena dagangannya habis bukan sama anak-anak sekret tapi kecipratan rejeki wisuda heheh…
“Weitts hebat uyy..dompet Bram tebel, bisa mudik dong” celetuk salah satu dari kami.
“Iyaaa.. kalau jualan keorang-orang mah jadi gini “ jawab Bram sambil menepuk-nepuk saku celananya yang berdompet.
“Tong kitu atuh Bram…mentang-mentang kalau kita yang ngeborong mah ga bisa bikin dompet tebal ” rupanya ada yang tersinggung “tapi bisa bikin bahagia kan…”. Brampun terkekeh seperti biasanya…
“Kue Bram habis, brarti harus ke bu Tunduh dong kalau gini…” salah satu mengingatkan “sekalian cari bekel buat tar malem”
Akupun langsung terngiang kekayaan lembah Sindoro-Sumbing tadi.
“Bentarrr…di ruang L tadi aku lihat ada dua tumpeng lho dan kayaknya ga ada yang punya, dibiarin gitu aja…” informasiku.
“Oya, bener… aku tadi juga lihat koq..” ada informasi dari yang lainnya juga.
Serentak tanpa aba-aba KP girls bersama menyambangi ruang itu, ternyata masih lengang dan ternyata Sindoro-Sumbing masih bertengger disana. Kami mengamati lebih dekat, di punggungannya berbaris lingkaran-lingkaran mentimun dan cabe merah merekah, bahkan di puncaknya sebuah telur telanjang berdiri gagah disana. Di lembahpun tidak hanya ayam, sapi, telur diselingi kering kentang tempe, lalapan dan sambal…dua gunung yang hampir sama dan sempurna.
Kami sedikit cari tahu siapa pemiliknya, tetapi karena tidak ada orang yang berhasil kami temui, maka kami berkesimpulan bahwa tumpeng itu tertinggal dan bolehlah kita minta ayamnya 4 atau 5 potong untuk bekal nanti, sepakat kami.
Kamipun kembali ke sekret dengan potongan-potongan ayam tadi sudah ditangan,
“Hihi…aneh tuh tumpeng, kok dibiarin gitu aja dari tadi…”celetukku.
“Heueuh…pasti ada yang kelupaan dehh…naruh tumpeng di ruang itu” tambah yang lainnya.
“Lho emang ga ada orang disana” tambahan lagi.
“Engggaaa…”jawab serentak.
“Ya kalau gitu…sekalian aja ngambilnya daripada di makan kucing” memanasi.
Seperti tadi, serentak tanpa aba-aba KP girls bersama menyambangi ruang itu lagi kali ini sambil membawa kresek dan misting , ternyata masih lengang dan ternyata Sindoro-Sumbing masih bertengger disana. Maka masih dengan keyakinan tadi ditambah dengan pembenaran daripada mubazir dimakan kucing, maka kami membabat Sindoro dan tetap membiarkan Sumbing lestari karena dihati kecil kami masih ada harapan siapa tahu orang itu ingat tumpengnya lagi dan kembali ke ruangan itu, maka dia tidak akan terlalu sedih karena masih ada satu yang tersisa.
Maka didasar tebing 125 pada malam harinya kami membuka perbekalan tumpeng Sindoro tadi, nasi kuning, ayam dan teman-temannya, yang meski tidak tertata indah seperti tadi, telah berhasil mengenyangkan malam kami bahkan kami masih bisa bertemu pada sarapan di pagi harinya. Dan kami merasa bahwa doa sebelum dan sesudah makan kami lebih khusyu, karena kami ingin tidak ada dendam di makanan kami tadi. Kamipun berdoa, semoga wisudawan yang ketinggalan tumpengnya diberkahi Tuhan YME karena sudah memaafkan kami…
…terkisah kurang lebihnya, dari sebuah sudut di DU 35. Salam hangat buat barisan KP dan juga pemuda-pemudi Palawa yang sukses sebagai tim penggembira pada kisah ini…