Kulitnya, harumnya masih terasa. Sebagian tumbang sebagian lagi terkelupas bekas sayatan pisau perambah hutan. Kayu putih itu mencoba bertahan diatas tanah kering.
Perjalanan kemarin adalah penghayatan. Mendaki jalan setapak menuruni terjalnya . Menahan terik diatas kepala menahan beban diatas pundak.
Tak ada keluh kesah hanya bersyukur. Tak ada sumpah serapah hanya bertasbih. Tak ada belukar yang terbakar hanya kelakar. Tak ada yang patah hanya meminjam dahannya. Tak ada yang ditaklukkan hanya bersimpuh. Tak ada yang lantang di puncaknya hanya bermuhasabah. Tak ada keakuan hanya memuji kebesaranNya.
Perjalanan yang lalu adalah guru. Berguru ikhlas kepada elang yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Berguru sabar pada kepompong yang berubah menjadi ulat untuk kemudian terbang menjadi kupu-kupu. Berguru sapa kepada semut. Berguru waktu kepada matahari. Berguru tenang kepada karang dan berguru pada pucuk pohon yang bertahan diterpa angin.
Alam adalah guru kebajikan sekaligus wujud kearifan yang setia dan terbuka bagi siapa saja yang menginginkannya. Kemarin lalu, di rimbunnya kembali kami berguru kepada alam.
Gunung Rakutak Selatan Bandung , Sabtu 30 Agustus 2014