by Boedi Rahajoe
Kemarin pagi, ada dua anak kecil yang melintas di area bivak kami. Sungguh menarik perhatian, mengingat sudah berhari² kami tak pernah bertemu manusia selain para pelatih.
Pagi ini mereka melintas kembali.
Dan lebih menarik perhatian kami lagi karena apa yang mereka genggam di tangannya.
Bala-bala !!!
Nasi, kadang mie instan ditemani seserpih peda bakar atau sekaleng kecil kornet dibagi 12 adalah menu bersahabat selama di lapangan. Sehingga saat ini, bala-bala adalah makanan dewa.
Musyawarah kilat segera terlaksana. Terkumpul beberapa rupiah yang dititipkan kepada dua anak kecil tadi untuk dibelikan bala-bala.
Tak perlu waktu lama, kedua anak kecil itu kembali dengan se-kérésék penuh bala-bala.
Sadar jumlah bala² lebih dari cukup untuk dibagi ber12 tidak membuat kami lebih santun.
Kérésék tak berdaya teraniaya tercabik² kami yg berebut.
Di tengah suasana kenikmatan sensasi bala² hangat, timbul isu yang menjadi polemik berat.
Ada yg menginginkan bala² harus dihabiskan sementara kubu lain berpendapat bahwa bala² harus disisakan untuk makan malam.
Argumen² cantik meluncur, berbenturan.
Kadang halus kadang kejam.
Hingga akhir kesepakatan.
Sebagian bala-bala diselamatkan untuk makan malam.
Lepas kegiatan siang, teu sasari alias tumben, pelatih sweeping kelengkapan.
Kami dibariskan, diperintahkan menggelar ponco dihadapan masing², mengosongkan isi ransel ke atasnya.
Bala-bala pasrah turut tergolek di ponco terbentang.
Penampakan bala² membuat pelatih meradang.
12 orang pengecut tak satupun bernyali untuk mengaku menjadi motor pencetus ide bala² pagi.
Dantatib kekeringan cara. Suara yg menggelegar dan samudra ancaman tidak membuat kami gentar. Bertahan….kami tidak membuka mulut mengakui perbuatan.
Sungguh hari yg layak untuk dikenang.
Bagi Tera, khususnya.
Hari itu, Ia bertugas sebagai ketua kelas.
Mewakili 11 yg lainnya, Tera dipanggil maju ke depan berhadapan dengan Dantatib beserta staf-nya.
Gagah berani, Tera menerima “peringatan”.
Setidaknya 3 pasang tangan “menandai” pipinya yg berjerawat di kiri dan kanan.
“Tidak makan tulang kawan” adalah bonus materi di hari ini.
Bergantian kami 11 menerima “peringatan” dari Tera sebagai ketua kelas.
Tamparannya terasa jauh lebih bertenaga dibanding hari² sebelumnya…
Malam itu kami makan nasi dengan kawan seserpih peda…….. lagi.