Penggunaan kata belajar menempatkannya sebagai kata pertama dalam frasa tiga kata, jelas memiliki konsekuensi penonjolan kata tersebut sebagai wakil dari buku. Kata belajar memiliki hubungan erat dengan wilayah tempat dilahirkannya Palawa Unpad. Lahir di dalam kampus sedikit banyak menjadikan Palawa senantiasa bergerak untuk mencari tahu, menjawab pertanyaan, menggali pengetahuan, mengenal realitas dengan langsung masuk ke dalamnya berbekal semangat belajar. Tridarma perguruan tinggi menjadi pemandu langkah yang diinternalisasi oleh Palawa dalam prinsip bina diri, bina organisasi, bina lingkungan.
Belajar tidak cukup di dalam ruang kelas atau lingkup dalam pagar kampus. Palawa melangkah ke luar. Menegaskan kebijaksanaan leluhur, “alam terkembang menjadi guru”, “setiap orang guru, setiap tempat sekolah”, dan “setiap orang adalah guru, alam raya sekolahku”. Belajar adalah kewajiban, “Uthlubul ilma faridhotul ‘ala kulli muslimin wa muslimat.”
Belajar dari alam merupakan strategi kebudayaan yang konon sudah diujicobakan sejak zaman nenek moyang. Belajar dari alam. Karena belajar dari alamlah sehingga manusia belum punah sampai sekarang—hehehe. Memetik buah kebijaksanaan masyarakat adat yang kearifannya menyebar di seantero nusantara yang begitu luas dan sangat beragam. Masa depan … kerusakan mengancam.
Sejak didirikan pada 24 Maret 1982 Palawa Unpad telah mengendapkan kesadaran “belajar dari alam” hingga menjadi prinsip mendasar dalam berkegiatan. Seiring dengan kesadaran tersebut, mengikuti di belakangnya kesadaran bahwa selalu ada warga, masyarakat, komunitas, yang hidup dan menghidupi dan menjaga alam sebagai situs-situs kebudayaan yang tersebar luas hingga ke setiap lekuk dan persendian nusantara yang dengannya membawa arti betapa sesungguhnya di dalam “belajar dari alam” secara langsung dan inheren terlingkupi pula “belajar dari manusia”.
Belajar dasar-dasar (Diklatdas) dan keterampilan lain sebagai tahap lanjutan (Mabim dan Pengembaraan). Belajar merencanakan, belajar melaksanakan rencana-rencana, belajar melaporkan proses dan hasil pelaksanaan rencana-rencana, belajar menilai, dan belajar menyimpulkan.
Belajar dari sungai, dari gunung, dari tebing, dari gua, dari lautan, dari angkasa.
Belajar mengenal alam yang multidimensional dan multidisiplin keilmuan. Belajar dan belajar sebagai proses berkelanjutan sejak zaman analog hingga sekarang yang disebut zaman digital.
Sifat dinamis alam dan Palawa yang terus mengada sekaligus berproses seolah menolak kebakuan karena pelajaran alam selalu menyarankan kedinamisan. Bergerak.
~ dikutip dari Lokakarya 40 Tahun