Diawali dengan diskusi kecil antara sesama anggota aktif di sekretariat tentang apa yang bisa kami lakukan menyikapi bencana banjir di Sapan Majalaya, Bandung Selatan. Tak terlalu lama diskusi yang terjadi, diputuskanlah untuk sesegera mungkin mengirimkan tim pendahulu untuk melakukan survey sehingga terdapat gambaran dari keadaan secara fisik yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan seperti apa yang sangat dibutuhkan secepatnya oleh para korban sedangkan tim lainnya yaitu pusat koordinasi bertugas untuk mengkoordinasikan dan memaksimalkan komponen-komponan kemampuan yang ada di Universitas Padjadjaran Bandung.
Tak lama setelah pendataan barang yang terkumpul dilakukan dimulailah proses penyaluran kepada yang membutuhkannya di lokasi kejadian. Berdasarkan informasi data yang diterkumpul oleh tim survey bahwa di beberapa Rukun Warga belum tersentuh oleh bantuan dari luar dikarenakan lokasi yang cukup jauh, tingkat kedalam banjir yang cukup dalam sehingga hanya melalui peralatan sejenis perahulah yang bisa mencapai lokasi tersebut. Malam itu juga pengiriman bantuan berupa beras, indomie dan beberapa kebutuhan pangan lainnya dilakukan. Anggota tim yang bertugas untuk melakukan penyaluran pada malam itu adalah aku, Diki, K’Opik dan Ulloh.
Ditemani oleh air hujan dan geledak petir yang menyambar di langit tim dengan semangat memulai tugas ini. Hamparan sawah jikalau dalam kondisi normal berganti dengan genangan air tanpa batas tepian. Tidak bisa dibedakan lagi jalur dibawah perahu yang kita tumpangi berap kedalamannya, berupa sawahkah, jalan atau mungkin sungai. Yang bisa lakukan hanyalah mencoba mereka-reka berapa kedalaman air yang kita arungi menggunakan dayung yang kita gunakan. Dengan suara petir yang menyambar-nyambar membuat kita terbungkuk-bungkuk dalam melakukan pendayungan dan disertai suasana yang mencekam menjadikan perjalanan semakin memberikan makna.
“Persis kawas misi penyergapan di Sungai Mekong” begitu seloroh K’Opik. Malam itu “platoon” beristirahat di rumah Ketua RW setempat untuk besoknya dimulai proses penyaluran bantuan.
Proses pencarian dana dengan parade dilakukan sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan hanyalah pengisi acara parade yang dilakukan secara bergiliran dari masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa yang terlibat dan juga lokasi parade itu sendiri yang dilakukan bergantian di Kampus Unpad Pusat dan kampus Unpad Jatinangor. Pararel setelah mendapatkan dana, tak lama setelah itu dana dalam bentuk uang ditransformasikan dalam bentuk kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan yang didapat dari tim di lapangan. Secara umum tim dilapangan selain mengumpulkan informasi pendistribusian lokasi yang dianggap paling membutuhkan, membantu sarana transportasi darurat menggunakan perahu juga melakukan proses evakuasi jika terjadi.
Ada suatu hari dimana tim melakukan proses pengantaran seorang janin bayi yang meninggal diakibatkan oleh sang ibu yang lagi hamil mengalami keguguran. Tak lam setelah itu bayi tersebut langsung di lakukan proses penguburan setelah sebelumnya dilakukan proses sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya yaitu Islam. Uniknya proses penguburan dilakukan dengan dalam kondisi darurat banjir seperti itu. Alhamdulillah ada beberapa bidang bagian tanah yang tidak digenangi air walaupun tetap saja pada saat penggalian genangan air terjadi tetapi pada akhirnya proses penguburan dapat dilakukan walaupun dalam kondisi yang serba darurat.
Satu hal yang membuat kami tidak habis fikir adalah bahwa bencana banjir seperti ini seringkali terjadi didaerah ini, kami tak tahu apakah ada perhatian dari pemerintah setempat untuk solusi dari masalah ini. Yang pasti masyarakat yang tinggal didaerah ini menjadi “loyal customer” dari banjir itu tersebut. Tak ada pilihan bagi masyarakat setempat selain dari mencoba untuk menerima tamu-tamu tak diundang berupa genangan-genangan air dirumahnya yang terkadang melahap semua peralatan rumah tangga. Cukup banyak dari dampak banjir yang terjadi, perekonomian terhambat dikarenakan terputusnya jalur transportasi, kegiatan belajar-mengajar terhenti, sumber kehidupan berupa sawah tersapu oleh air dan banyak lainnya lagi.
Kegiatan dilapangan ditutup dengan Pemberian Kesehatan terhadap korban bencana banjir. Kegiatan dipusatkan di posyandu setempat dimana sebagian masyarakat ikut terlibat didalamnya, sedih bercampur rasa haru kami rasakan selama proses kegiatan yang dilakukan.