Hari Kelabu di Lintasan L3B

dadang

Setelah event MTR 10K dan 21K yang berlangsung gempita pada tanggal 22 Agustus 2015, even trail run berikutnya di Jatinangor adalah L3B yang diselenggarakan Fakultas Pertanian pada tanggal 19 September yang menempuh jarak 21K. Sebagian alumnus MTR tak menyia-nyiakan event yang berdekatan itu untuk membesut kembali kelincahan kaki-kakinya. Setelah menjadi panitia di MTR, kini Wawan berkesempatan jadi peserta di L3B menjajal rute half marathon di perbukitan. Hadir pula di perhelatan ini alumnus MTR Dadang Kusumawardana. Wawan agak surprise, dikiranya seniornya itu hanya akan mengabadikan foto-foto saja.

“Ngiringan oge kang?” tanya Wawan.

“His, abdi ngiringan oge atuh..yeuh tingali..” jawab Dadang menyungging senyum ceria seperti biasa, sambil membuka jaket. Benar saja ia sudah mengenakan kaos lari L3B.Sebuah kamera tetap ditentengnya, untuk menyalurkan jeprat-jepret kesukaannya.

Sejenak Wawan memperhatikan, seniornya itu  selalu menjepretkan kamera ke arah jam tangan yang dipakainya. Sebentar-sebentar ia menjepret waktu seakan ingin menghentikannya. Ah, meureun selfie model anyar, pikir Wawan kebingungan.

“..yang mencatatkan waktu terbaik akan mendapat apresiasi special dari saya..” samar-samar sambutan Rektor terdengar. Namun Wawan lebih sibuk ngobrol ngaler ngidul dengan anggota PLW lain yang ikut L3B. Ada Jabir, Salman, dan senior-senior lainnya yang lain.

Tak berapa lama peluit start pun dimulai. Wawan cs berlari di urutan paling belakang, posisinya tepat dibelakang Dadang. Mereka mulai mengayuhkan langkah bersama-sama, penuh keceriaan memulai lari.

Tiba-tiba, baru 40an meter berlari, Dadang perlahan mengundurkan diri dari rombongan, menepi ke sisi lintasan. Perlahan membungkuk, lalu duduk dengan lututnya seperti akan berlutut..namun tenaganya keburu hilang. Ia limbung jatuh ke belakang. Wawan yang posisinya tepat di belakang, terkejut namun langsung sigap menahan tubuh yang  limbung itu. Salman membantu.

“Kang.. kunaon kang..” Wawan masih terkejut sambil terduduk di tanah menahan tubuh seniornya yang terkulai.

Tak ada reaksi dari Dadang, matanya seperti membalik.  Wawan semain panic. Apa yang bisa dilakukannya?

“Kang.. nyebut..nyebut..”

Tetap tak ada reaksi, nafas Dadang  tercekat-cekat. Hanya beberapa saat kemudian, tak sadarkan diri di pelukannya. Wawan merasakan tubuh yang dipeluknya perlahan mendingin, lalu tak ada reaksi lagi. Selanjutnya, hanya prosedur evakuasi yang bisa dilakukan semua orang yang hadir disitu. Namun Wawan sudah menyadari yang terjadi. Tatapannya kosong mengiringi evakuasi. Ia tak percaya apa yang barusan terjadi.

Ia mengamankan barang-barang yang dibawa Dadang dalam lari. Ada sebuah kunci mobil, namun tanpa STNK. Sementara ratusan mobil yang parkir di pelataran kampus. Neangan na kumaha, pikirnya.

“Tep, kamu cari mobil kang Dadang..nih kuncinya!” ujarnya.

“Mobil yang mana kang?” Stefanus bingung harus mencari.

“Teuinglah..pokoknya kamu cari sana!” perintah Wawan tak mau tahu. Step langsung ngacir.

Beberapa lama kemudian, keterangan medis resmi pun diumumkan : Dadang Kusumawardana meninggal. Semua shock, duka yang dalam menyelimuti event L3B. Terlebih bagi para anggota PLW yang hadir. Segera saja berita meninggalnya Dadang tersebar kesemua anggota. Hanya dalam hitungan menit, berita duka itu menyebar. Grup-grup medsos di BBM, WA, FB dsbnya mengabarkan berita duka itu.

“..Nu baleg, Bir..bener ieu kang Dadang maot..?!” Trisna Sendjaya yang akrab dipanggil kang Uu tercekat  ketika diberitahu oleh Jabir lewat telepon.

“Leres, kang…” jawab Jabir lirih.

Dadang Kusumawardana, anggota PLW angkatan Legok Haji, meninggal di usia yang relative muda. Meninggalkan seorang istri dan seorang putri yang sedang tumbuh dewasa. Ia termasuk yang amat aktif pada masanya, dengan konribusi tak terhitung pada perhimpunan. Demikian pula di organisasi-organisasi lain yang diikutinya.

Masa aktifnya yang terakhir di perhimpunan adalah tahun 1991, kala turun di diklat Cadas Panjang (CP).

“Urang masih kaajar keneh ku Kang Dadang..imahna di jalan Abadi baheula mah..,” tutur Akuy di grup WA  Apem Cafe,” basa diklat ngajar materi navigasi darat .”

Susyana, rekan seangkatan Akuy, agak lama mengingat sosok almarhum. Namun ingat juga sebagai pelatih navigasi darat kala diklat CP.

Saat BBM-an, Boerahaj membenarkan informasi itu, navigasi darat memang keahlian beliau. Segera setelah mendapat kabar duka, Boerahaj bergegas ke rumah duka di jalan Abadi, Gerlong. Pada diklat berikutnya, walau tak muncul di lapangan ia menyumbangkan makalah Navigasi Darat sebagai diktat bagi angkatan Kawah Putih (KP).

Banyak memori yang menyertai kepergian Dadang, suka-duka dari rekan segenerasinya, rasa hormat dari juniornya, kesan yang indah dari orang yang baru mengenalnya. Semua terbalut dalam sedih yang mendalam.

Go wild or go home !!!”……dan saudara ku memilih “go home”
Tempat kemana kita semua akan kembali.

Selamat jalan Kang…..Mugia urang tepang deui dina waktos na….” demikian Boerahaj menulis in memoriam pelatihnya saat diklat itu.

 

Dia lebih senior diantara kami, tetapi di saat kami yang junior terlihat saling menunggu inisiatif, dia tak pernah menyia-nyiakan untuk mengmabil kesempatan mengulurkan tangan, dari urusan dapur hingga peralatan, dia selalu lebih dulu berinisiatif berbuat…ekspedisi Leuweng Ombo, dari diklat ke diklat..hingga perkawanan sampai saat kini..

Dadang Kusumawardana selalu ceria, tak peduli orang lain cuek, dia tetap menyapa walau ke sodara termuda sekalipun..” demikian tulis Tatan Agus RST (GS)mengenang seniornya.

 

Setengah tahun yang lalu… berkata sambil tertawa ciri khas yg tdk pernah berubah, sejak puluh tahun, sy mengenal nya, sebagai pelatih navigasi yg konsisten, tegas dan berprinsip serta necis…

” kang bano… kang bano.. poto ah, poto ah, Iraha deui bisa poto berdua……”

Saat itu, kalimat yang biasa dan hanya bersifat humor saya dengar…. namun kalimat itu, sangat dalam rasa nya saat ini…,” kesan Bano Alfiano (CL) menulis tentang beliau.

 

“ bagi beliau, tersenyum menjadi ciri khasnya kepada siapa pun wajah beliau selalu berseri memberikan kenyamanan…” kesan Bayu Ismayudi terhadap beliau.

 

Banyak kesan yang teramat baik yang diungkapkan orang-orang yang mengenal Dadang Kusumawardhana dimana hampir semua merasa tak percaya sosok murah senyum itu telah tiada. Wawan, yang mendekap almarhum dalam detik-detik terakhir kehidupan beliau hanya bisa menulis singkat.

yang singkat itu waktu yang dekat itu adalah kematian, selamat jalan kang

 

Barangkali Wawan yang bisa merangkai ribuan kata menjadi puisi yang menyentuh, kini terlalu sedih untuk berpanjanglebar.