In every walk with nature one receives far more than he seeks. John Muir
Saya dapat dengan ringan dan tanpa merasa bersalah menampik ajakan ikut off-road di kawasan Bandung Utara seperti Sukawana atau Gunung Putri. Namun bila diajak ikut konvoi menyusuri jalanan koral di Bukittungul menuju Manglayang, akan seperti undangan yang wajib dihadiri. Entah mengapa jalur Cibodas-Bukittunggul-Manglayang seperti jalur klasik yang setiap saat rindu untuk kembali melewatinya.
Padahal ini hanyalah jalur touring atau cros country bukan jalur off-road, sehingga mungkin takkan menarik bagi mereka yang ingin memompa adrenalin. Demikian pula bukanlah jalur wisata yang cukup tersedia warung dan jajanan sepanjang jalan.
Jalur kenangan Bandung – Jatinangor
Namun ada banyak kenangan di sepanjang jalur ini yang tak mudah dilupakan. Napak tilas di jalur ini merupakan romantisme bermekaran dari jalan berliku yang menghubungkan kampus di Bandung dengan kampus di Jatinangor. Sebuah jalur klasik yang wajib diketahui dan dimaknai setiap legiuner petualang dikampus sejak dulu.
Jalur Bukittungul-Manglayang mengiringi pendewasaan sebagian besar dari kami kala masih berkutat di kampus, dimana jalan yang diapit oleh Gunung Bukittunggul, Palasari dan Manglayang ini kerap seperti sebuah kelas yang maha luas tempat kami menimba ilmu. Sebuah ilmu lain dari yang bisa didapatkan di kampus… a divine lecture. Maka berada di lembah ini tiba-tiba saja saya akan kembali merasakan gesekan dedaunan kina dan pinus itu bagai petuah-petuah yang kerap kami dengar dengan jelas di masa lalu. Sebuah bisikan halus yang dapat membuat suasana hening bahkan dengan teman terdekat sekalipun. Tak ada suara hingga dapat mendengar detak jantung sendiri. Seperti keheningan dalam sebuah kelas dimana murid-murid dengan patuh mendengarkan ajaran gurunya.