KKN atau Kuliah Kerja Nyata merupakan mata kuliah wajib tahun 90-an. Mata kuliah 5 SKS ini ringan-ringan berat bagi sebagian besar mahasiswa. Eh, 4 SKS atau 5 SKS ya lupa..nya pokona mayan lah 😀 Ringan karena tinggal berdiam di desa untuk mendapatkan nilai A, berat karena meninggalkan kehidupan sehari-hari terutama bagi yang tak terbiasa.
Namun bagi para petualang kita yang sudah terbiasa berada di pedalaman, ini merupakan hal biasa, rutin bahkan. Malah bisa dianggap sebagai berkah karena bisa mendongkrak IPK, bayangkan untuk mendapat nilai A yang 5 SKS hanya tinggal bersosialisasi, tidur dan makan. Namun bagi yang tak pernah tinggal di desa akan menjadi tantangan besar untuk beradaptasi dengan masyarakat dan kehidupan pedesaan.
“Ah pirage di Sumedang,” pikir Bar santai melihat namanya tercantum di desa Jatihurip,” acan di desa Karangan atawa dusun Pancasila.”
“Kabagean dimana KKN, Pik?” tanyanya kepada Opik.
“Tasik..”ujar Opik juga santai.
Yang berat bagi mereka adalah tak bisa melakukan petualangan selama dua bulan melakukan KKN itu. Padahal masih banyak tujuan dalam bucket list petualangan mereka. Wawan yang menggebu ingin ke gunung Raung-Argopuro di bulan itu segera mencari tandem.
“Geus we milu jeung urang ka Raung-Argopuro,” ajaknya kepada Bar.
“Ari KKN maneh kumaha ?..” tanya Bar.
“Lah pirage ngan hees jeung dahar..” ujar Wawan sambil menghirup roko samsu . “Urang-urang mah geus leuwih ti eta…level Indiana jones” lanjutnya memperbuas . Dipikir-pikir, betapa benarnya. Sekilas teringat pengalaman bersama Wawan tahun lalu kala dikejar kerbau di desa Karangan, kaki pegunungan Latimojong. Emoooh..emoooh…begitu lenguh si kerbau.
“Geus we kieu atuh,” ujar Bar memberi jalan keluar,” urang KKN heula sabulan wae mah, bulan kadua luncat. Panggih di sekret we tanggal sabaraha..” Bagaimanapun IPK nya yang hampir senasib kapal Titanic harus diselamatkan. Pikirannya sejenak menerawang, bukan pada akademis tapi rencana pinjam ransel Berghaus milik seniornya.
“Siyap lah ari kitu mah,” Wawan puas, merasa perlu merayakan hal ini,” Abul..Abul kadieu…” ia melambaikan tangan dengan penuh kasih sayang kepada tukang kueh Abul yang lalu datang tergopoh-gopoh.
“Kumaha kang Wawan…bade ngalunasan?” tanya Abul sigap mengeluarkan catatan bon.
“Hiss..engke eta mah kalem,” ujar Wawan ,”cik eta roti baso..” Krauk..krauk..Indiana Jones melahap roti baso dengan lahap, keliihatan sekali laparnya.
Tobaat Gusti, gumam Abul facepalm.