Kabar tentang hilangnya seorang ibu tua penduduk Desa Cikole, Lembang Kab. Bandung bernama Raden Siti Widianingsih atau dikenal dengan nama Ibu Titing yang lenyap di kelebatan hutan Gn. Lingkung sudah merebak, menyebar luas ke seluruh Jawa Barat.
Betapa tidak, ibu Titing ini hilang sejak 31 Oktober 2017 hingga saat artikel ini ditulis belum ada kabar beritanya. Puluhan bahkan ratusan Tim SAR, Polisi, TNI hingga penduduk sekitar sudah dikerahkan untuk mencari keberadaannya, beberapa wilayah sudah jadi target penyisiran pencarian seperti Cikole – Wates, Puncak Eurad dan Cibeusi.
Peristiwa ini menggugah saya bersama beberapa rekan dari komunitas District One untuk mencoba sekedar berpartisipasi mencari tahu, mendapatkan informasi tentang kejadian tersebut, mengingat area Gn. Lingkung dan sekitarnya merupakan area “bermain” kami, terutama wilayah Desa Cibeusi yang sudah seperti kampung halaman kedua bagi kami.
Maka pada hari Kamis, 9 November 2017 kemarin, bertepatan dengan hari kesembilan hilangnya bu Titing, kami datang ke desa Cibeusi, Kab. Subang sebagai bentuk kepedulian dan respect terhadap peristiwa yang terjadi di wilayah itu.
Beberapa keterangan kami dapatkan dari beberapa penduduk Desa Cibeusi, diantaranya dar Pak Aceng, salah satu tokoh Kampung Senyum, sebuah desa wisata yang terletak di tengah hutan Cibeusi yang merupakan area air terjun Cibareubeuy yang sering kami kunjungi.
Warung Pak Aceng di Kampung Senyum ini dijadikan Posko Tim Sar yang saat kami kunjungi terlihat agak sepi walau beberapa malam sebelumnya ramai disinggahi Tim Sar dari berbagai daerah. Pak Aceng ini adalah orang yang menemukan topi dan nasi timbel utuh milik ibu Titing, yang setelah kami konfirmasikan dengan beliau, ternyata dua benda milik ibu Titing ini ditemukan di jalur Batu Ringgit yaitu salah satu jalur dari Gn. Lingkung yang menuju wilayah Curug Cibareubeuy. Dari tempat ditemukannya benda-benda tersebut terdapat jejak pijakan rumput yang menuju ke arah lembah (wilayah Cibareubeuy) namun menurut pak Aceng, setelah beberapa meter ditelusuri jejak itu hilang begitu saja.
Perlu diketahui, bahwa jalur Batu Ringgit ini bukanlah jalur umum yang biasa dilalui, dua tahun lalu saya bersama rekan dari District One menemukan jalur ini setelah diberi petunjuk oleh seorang mountain biker. Jalur Batu ringgit ini sangat rapat oleh ilalang dan terhalang pepohonan besar, sehingga kami memasang tanda (stringline) pada setiap persimpangan jalur yang kami lalui.
Medan jalur ini pula sedikit lebih ekstrim dari jalur umun, walaupun kami menyebutnya jalur eksotis, karena memang medannya bervariatif melalui hutan, menyeberangi sungai kemudian menanjak hingga menemukan sebuah batu besar yang menjorok keluar dan batu ini lah yg dinamakan Batu Ringgit. Jalur ini berakhir tepat di tengah-tengah Kampung Senyum.
Yang membuat kami heran dengan peristiwa hilangnya ibu Titing ini, bagaimana mungkin ibu ini bisa keluar dari jalur umum dan memasuki jalur yang sebenarnya tidak telihat klo memang kita tidak dengan sengaja mencarinya? Kemudian dengan kondisi si Ibu yang menginjak usia 75th, mengapa memasuki jalur itu?
Menurut kronologis kejadian awal si Ibu ini mengikuti kegiatan gerak jalan yang diselenggarakan warga RW 06 desa Cikole dengan jalur Cikole menuju Puncak Eurad, saat yang lain istirahat Ibu Titing ini memilih melanjutkan perjalanan sendirian. Ketika akan ditemani, ibu Titing ini menolak dan berdalih sudah hafal jalan karena sudah tiga kali melalui jalur itu.
Setelah selang 10 menit peserta gerak jalan beristirahat, beberapa pemuda peserta gerak jalan bergegas menyusul ibu Titing, akan tetap hingga tiba di tujuan ibu Titing tidak terlihat batang hidungnya. Ini juga yang jadi pertanyaan,,,seberapa cepat sih ibu berusia 75 th berjalan hingga tidak bisa tersusul oleh para pemuda? Dan Satu lagi,,,Puncak Eurad itu ada di punggungan sebelah kanan Gn. Lingkung jika dari arah Cikole, tapi benda milik si ibu justru di temukan di daerah Batu Ringgit yang berada di punggungan sebelah kiri dar Gn. Lingkung?
Beberapa asumsi akhirnya muncul,,,mungkin karena faktor usia, kondisi yg lelah, dll sehingga menyebabkan si ibu ini linglung sehingga salah menapaki jalur. Asumsi lain muncul,,,si ibu ini diterkam binatang buas, karena konon di wilayah itu masih terdapat macan kumbang,,,tapi hal ini dibantah oleh beberapa pemburu burung dan pencari kayu, kalau binatang tersebut justru takut jika melihat manusia.
Satu lagi,,,jika ibu ini sudah tidak tertolong, mengingat usia yang renta dengan cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini dan rentang waktu yang sudah mendekati dua minggu, tapi ratusan pencari yang setiap hari mengaduk2 wilayah itu tidak mencium aroma yang aneh.
Hal ini rupanya memancing paranormal dari berbagai wilayah seperti Sumedang, Subang, dll untuk mencoba” membantu”,,,beberapa dari mereka mengatakan jika si ibu ini masih “ada” namun belum waktunya untuk diperlihatkan oleh “pribumi rimba”. Hingga saat kami berkunjung, konon si Ibu masih ada di wilayah Batu Ringgit.
Entah apa yang terjadi dan dialami ibu Titing ini, hanya Allah Yang Maha Tahu,,,dan semoga Allah segera memberi petunjuk kepada tim SAR, aparat setempat dan penduduk sekitar agar cepat menemukan keberadaan Ibu Titing ini,,,aamiin,,, ( Bayu Ismayudi)