Tempat Berkumpul Mengawang Sepi

Dahulu kami memiliki beberapa tempat favorit untuk escape dari kesumpekan kota. Namun semua kini sudah banyak berubah hingga tempat-tempat itu terasa makin samar. Tanpa bermaksud sok soliter, rasanya tak mungkin menjadikan Ranca Upas kini sebagai tempat berkumpul para pemburu tua. Walau hujan, kabut dan suasana rawa masih memelihara rasa namun sebuah elemen telah hilang : sepi. Bagi sebagian orang, ia adalah sosok tersendiri, kala pribadi bisa berbicara dengan diri sendiri. Tersenyum dan terisak tanpa alasan seraya dipeluk sepi yang menghibur kegundahan hati. Namun bila harus menerobos hutan ke Leuweung Tengah pun hemm..rasanya kini sudah tak semilitan itu.

Di sisi lain, kesunyian itu masih hadir di Situ Lembang namun tak tiap saat bisa disambangi. Kala kerinduan tak tertahankan, dan Situ Lembang tak bisa dimasuki, seperti dipisahkan dari sang kekasih hati. Kadang harus mendaki gunung Burangrang untuk menatap danau yang berbisik tentang rindu. Memandanginya dari kejauhan serasa mendengar desah rindu yang menyayat. Area Sukawana sebenarnya masih memiliki banyak tempat untuk menyepi, namun kurang memliki klimaks yang memadai sebagai tempat berkumpul. Jangan bilang curug Layung yang sering hilir mudik wisatawan tempat ideal untuk menyepi.

Kenapa tak di area Bukittunggul? Well to be honest, area ini dulunya pun sebagai jalur melintas. Jalurnya lah yang bersejarah namun sebagai tempat tujuan rasanya jarang memaksakan diri. Demikian juga sekitar gunung Manglayang tempat yang masih sering kami kencani hingga kini. Meliuk-liuk di jalurnya lah yang dirindukan, namun akan percuma mencoba menumbuhkan romantisme berkumpul. Kalau ke Jayagiri memang kenapa? Duh, melihat jalur yang hancur oleh ban-ban Simexx dan Xtra Grip saja rasanya sudah sesak didada. Bagaimana dengan Cikole? Are you serious…

Tentu saja tak mungkin melupakan pelantikan di Ranca Upas atau suasana pendidikan di Situ Lembang, tetapi hidup adalah sebuah perjalanan. Kurang realistis kembali berharap memeluk sepi di kawasan Ranca Upas atau tiba-tiba ngeloyor pergi ke Situ Lembang kala membuncah rasa rindu. Namun tak terlalu jauh dari Cikole yaitu di lembah curug Cibareubeuy, melampiaskan rindu yang impulsif itu masih mungkin dilakukan. Kapan pun kerinduan akan kesunyian hutan menjalar di sekujur tubuh, sebuah kampung ditengah hutan senantiasa menyambut hangat.

Area lembah ini sebetulnya tak terlalu jauh dari jalur lintasan masa-masa diklat yang sering mengambil posisi dari Cikole menuju Bukanagara, dengan demikian melipir gunung Lingkung dan melewati Puncak Eurad. Tetapi baru beberapa tahun lalu kami mulai mengenal curug Cibareubeuy, setelah hampir putus asa mencari tempat baru untuk menyepi itu. Lokasinya yang antara Cikole dan Cibeusi menjadikan tempat ini bisa diakses dari berbagai titik. Paling umum (dan paling gampang) mencapainya yaitu dari arah desa Cibeusi, inipun perlu berjalan satu jam berjalan kaki.

Tempat awal untuk menuju ke curug Cibareubeuy sangat variatif bisa dari blok Dawuan Gracia, Cikole Treetop, Wates bahkan Puncak Eurad dimana semua melewati trek hutan yang rapat. Di area ini terdapat tak hanya satu curug melainkan ada curug Cibareubeuy dan curug Pandawa, dan beberapa curug lain dalam radius 1-2 kilometer. Yang paling populer tentu curug Cibareubeuy yang terletak di Kampung Senyum, sebuah kampung wisata ditengah hutan.

Ada rasa nyaman yang aneh kala pertama datang kesini, seperti bertemu suasana yang familiar. Tak hanya langsung jatuh hati pada suasana alamnya, namun juga langsung berbaur hangat dengan penghuninya. Lalu karena sering datang, kami pun melihat betapa secara bertahap perkembangannya. Walau tak sesepi dahulu, curug Cibareubeuy maupun Pandawa masih tempat yang alami untuk mencari sepi berkat lokasinya yang jauh dari jalan raya.

Lalu barangkali kami mulai paham bahwa aura tempat-tempat yang bersejarah itu tak hilang namun bersemayam dihati. Lalu pada saatnya meraya, jiwa-jiwa itu membutuhkan “suasana dahulu”, bukan tempat yang dulu. Tidak mesti tempat yang sama, namun suasana yang serupa. Ditempat itulah para pencari sunyi itu akan riuh meluruh, merindu dalam sepi.