Mengejar Jeram Cikandang

32466_120725884618045_6304146_n

Happiness is a perfume you cannot pour on others without getting a few drops on yourself.

 

Pada tahun 90-an eforia arung jeram mulai bangkit kembali diantara para penggiat kegiatan alam bebas terutama kalangan Mapala. Momentum kebangkitannya semakin kuat pasca  diselenggarakannya Kejurnas Sungai Ayung tahun 1994 yang berujung pada pembentukan FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia). Saya harus berterimaksih pada teman-teman di Hiawatha yang telah memperkenalkan kami di Palawa Unpad kepada dunia petualangan arung jeram di awal tahun 90-an.

 

Mencari jeram baru

Saking  terpesonanya pada arung jeram, setiap melihat sungai kami ingin mencobanya apakah layak untuk dipakai menurunkan sebuah perahu dan mengarunginya. Banyak sungai-sungai kecil yang coba dilalui untuk menemukan jeram-jeram baru. Berburu jeram di sungai-sungai baru seperti mencari harta karun yang terpendam dan memberikan sensasi tersendiri. Salah seorang yang paling getol berburu jeram-jeram baru adalah Rina

Sungai Cikandang merupakan sebuah harta karun yang ditemukan Rina beserta teman-temannya. Maklum saja pergaulannya yang luas di kegiatan arung jeramnya sudah lintas organisasi. Bersama teman-temannya ia mempopulerkan sungai  itu sebagai wahana arung jeram baru di Jawa Barat. Segera saja sungai dengan grade 3-4 itu bersinar sebagai sungai alternatif untuk berarung jeram yang menantang nyali.

Sayang dimasa-masa itu pula saya mulai surut meninggalkan kegiatan petualangan karena lulus kuliah dan pindah untuk bekerja di kota lain. Dengan berat hati meninggalkan dunia alam bebas yang telah mengiringi pendewasaan di kampus selama bertahun-tahun. Tenggelam dalam kesibukan diam-diam selalu tersimpan rindu untuk kembali melakukan arung jeram dengan teman-teman seperjuangan itu.

 

Kembali ke sungai

Di tahun 2010 kesempatan melakukan reuni itu datang juga.  Setelah bertahun-tahun tak menginjak air sungai, untuk pertama kalinya kembali turun ke sungai Cikandang bersama rekan-rekan di kampus. Apalagi  dari tim yang turun sebagian merupakan generasi jadul antara lain tim Kejurnas Ayung dan tim ekspedisi Cimanuk. Alhasil aroma reuni terasa melengkapi momen arung jeram di Cikandang ini.

Sungai Cikandang kini merupakan salah satu favorit petualang karena debit airnya yang cenderung stabil. Walau surut saat kemarau, jeram sungai ini tak banyak yang hilang. Setidaknya jeram ber-grade tiga masih banyak yang bisa dinikmati.

Sayangnya potensi wisata yang luar biasa ini, belum begitu dilirik oleh Pemerintah setempat. Bahkan hingga kini  Kecamatan Pakenjeng belum tersentuh sarana akomodasi, rumah makan ataupun fasilitas-fasilitas wisata lainnya. Hanya tersedia beberapa warung kecil dan rumah penduduk yang dijadikan tempat menginap padahal jarak tempuh dari Bandung dangat jauh.

 

Rafting sungai Cikandang

Jauhnya perjalanan ke lokasi start ini juga menjadi hambatan tersendiri. Jalan menuju lokasi ini cukup jauh dengan jalanan naik turun membelah kabut di tengah perkebunan teh. Start petualangan arung jeram ini dimulai dari Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng. Lokasinya berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan Pamulihan, barat dengan Kecamatan Bungbulang, selatan dengan Samudera Indonesia dan timur dengan daerah Cisompet dan Cikajang.

Terbuai dalam riak liar arus sungai Cikandang maka  terasa kembali  aliran sungai-sungai darah dari seluruh tubuh, mereka bermuara menjadi gelombang sukma yang hidup. Denyut-denyut adrenalin dan kebersamaan yang dulu selalu menghiasi kehidupan sehari-hari dikampus terasa hadir dengan kuat. Belasan tahun yang telah berlalu terasa seperti kemarin saja.

Selepas belokan terakhir tampaklah Jembatan Rancabuaya atau Cijayanti yang juga merupakan tanda untuk  finish. Dari atas jembatan bisa dinikmati pemandangan indah berupa lautan lepas Samudera Hindia. Mengarungi sungai selama empat jam serasa tidak terasa dan terbayar lunas dengan beristirahat di tepi pantai, sembari menikmati lautan lepas.