Menyoal Korps Alumni Palawa, Perlukah?


Luthfi R – PLW24382078KP

Ketika Deutsch Afrika Korps yang dipimpin Erwin Rommel menguasai palagan Afrika Utara di awal pembentukannya. Ia melakukannya dengan dukungan yang mumpuni dari Kriegsmarine alias AL Jerman di Laut Tengah. Dengan kampanye armada U-boat-nya, Kriegsmarine memastikan logistik yang dibutuhkan pasukan Rommel dapat aman sampai di pantai Afrika. Begitupun dukungan skuadron tempur Luftwaffe, AU Jerman, dengan pesawat stuka-nya yang meraung-raung melakukan serangan untuk mendukung gempuran pasukan Afrika Korps merebut jengkal demi jengkal wilayah Afrika Utara dari sekutu (Boogie, 2008).

Apa yg diceritakan di diatas ini sebenarnya hanya beranalogi, sebagai ilustrasi bahwa organisasi apapun untuk bisa maju membutuhkan segala dukungan dan bantuan yang diperlukan. Tidak ada yang meragukan kehebatan Field Marshal Erwin Rommel, namun untuk mewujudkan apa yang menjadi misinya tetap ia membutuhkan entitas organisasi lain, di luar yang langsung dikomandoi sendiri, untuk memastikan kelancaran bantuan tempur dan logistik.

Wacana Korps Alumni Palawa
Tulisan ini dibuat sebagai respon dari perbincangan internal di grup WA dan media sosial Palawa Unpad terkait wacana Korps Alumni Palawa. Sebuah perkembangan yang perlu disikapi dengan bijak oleh semua pihak dalam organisasi. Namun sebelum meloncat pada penghakiman tentang aspek legal formal tentang sah dan tidaknya wacana pelembagaan para anggota Palawa Unpad yang sudah menjadi alumni dalam suatu wadah Korps Alumni Palawa. Ada baiknya diketahui terlebih dahulu kenapa wacana ini bisa muncul, kemudian apa yang bisa diharapkan dari kehadirannya bagi kemajuan perkembangan organisasi Palawa Unpad sehingga pada akhirnya bisa mempertimbangkan tentang perlu tidaknya wadah Korps Alumni Palawa tersebut diadakan atau dibentuk.

Kenapa Wacana Korps Alumni Palawa ini Muncul? Sebenarnya wacana ini sudah muncul cukup lama. Bahkan logonya pun sudah lebih dahulu muncul dibanding diskursus terkait persoalan ini. Awalnya dari perbincangan ringan-ringan saja dari sebagian alumni tentang tema-tema yang belum pas kalau dibahas di forum yang lebih besar. Karena inti dari perbincangan tersebut lebih banyak mengeksplorasi ruang-ruang absurditas, melontarkan ide, gagasan, mimpi, bahkan keluhan, bersifat sekenanya, seringkali tampak nakal & konyol namun kadang juga cukup visioner. Perbincangan tersebut tentu tidak akan pas jika melibatkan Dewan Pengurus atau anggota aktif yang mungkin belum menjadi concern mereka, terlalu berat. Pun bagi beberapa alumni lain yang mungkin akan sangat melelahkan bila dipaksa mengikuti alur berpikir yang sporadis itu. Namun demikian, satu dari sekian banyak diskusi yang terjadi, melahirkan sebuah pemikiran tentang perlunya suatu wadah untuk menampung aspirasi sebagian alumni yang tidak tertampung di ruang-ruang formal yang sudah ada. Baik di keorganisasian Palawa Unpad sebagai induk, maupun Yayasan Palawa Indonesia yang dibentuk oleh alumni untuk tujuan-tujuan tertentu.

Beberapa dari pertimbangan tersebut, antara lain :

  1. Adanya kenyataan bahwa anggota alumni atau ALB tidak dikelola dengan baik oleh Dewan Pengurus, database tidak diolah secara optimal dan selama ini hubungan yang ada kental dalam aspek seremonial semata atau bersifat insidentil, hanya bila diperlukan saja. Bisa jadi kemungkinan besar karena memang tidak ada fokus ke situ dan juga keterbatasan sumber daya yang ada.
  2. Begitu pula dengan anggota kehormatan atau AK yang sejak dilantik tidak ada upaya serius untuk menjaga hubungan dan atau melibatkan mereka sesuai dengan niat awal pemberian status keanggotaan mereka tersebut. Suatu tindakan yang nyaris mubazir bila tidak tidak disikapi dengan baik. Kembali hipotesisnya disinyalir krn tdk ada fokus & terbatasnya sumber daya Dewan Pengurus.
  3. Kemudian kegagapan kita sebagai organsasi dalam mengoptimalkan segala potensi yang ada di Palawa secara khusus dan Unpad secara umum sebagai modal dasar untuk meningkatkan cakupan kapasitas organisasi.
  4. Melihat tolak ukur kemajuan perhimpunan lain yang sejenis, dimana kemajuan & perkembangan organisasi tidak bisa semata hanya dibebankan pada anggota aktif, apalagi dengan beban kurikulum saat ini yang suka tidak suka sangat membatasi jangkauan aktivitas kegiatan kemahasiswaan. Palawa Unpad sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan tidak luput dari efek ini.
  5. Kebutuhan untuk mengotimalkan potensi anggota palawa unpad yang sudah berstatus alumni terkait aktivitas di tataran kealumnian sebagai bagian dari IKA UNPAD dimana mensyaratkan posisi legal tertentu.
  6. Memperhatikan hal-hal yang terkait permasalahan keanggotaan. Dewan Pengurus tentu akan mengalami kendala sosio-kultural ketika harus menghadapi masalah keanggotaan anggota luar biasa. Paling tidak perlu dipikirkan mekanisme yang lebih elegan agar tidak ada permasalahan keanggotaan yang tidak tertangani dengan baik.

Mengenai Peran ALB, quo vadis alumni?
Dalam perspektif legal formal sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART Perhimpunan Palawa Unpad, sudah jelas tercantum bagaimana status dan peran anggota luar biasa/ALB. Namun demikian terkait peran yang diemban, tidak banyak memang porsi yang diberikan oleh organisasi kepada anggota yang berstatus ALB ini. Secara umum bahkan, pelibatan anggota luar biasa yang berstatus alumni ini bisa dikatakan hanya sekedar tempelan atau pelengkap penderita saja. Bisa dimengerti karena bagaimanapun Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Palawa Unpad adalah organisasi kemahasiswaan, sesuai dengan namanya. Sehingga kehadiran anggota yang tidak berstatus mahasiswa lagi, atau alumni sudah bukan lagi domain pengurus. Beberapa hal yang bisa menjadi catatan terkait analisa legal dalam AD/ART’:

  • Tidak ada penyebutan keanggotaan Palawa Unpad yang bersifat seumur hidup.
  • Peran ALB yang diperkecil, bahkan kehadiran ALB dalam forum Musyawarah Perhimpunan tidak diperhitungkan dalam kuorum.
  • Tidak ada pengaturan mengenai penanganan kasus keanggotaan yang melibatkan ALB.
  • Peran aktifnya sangat minim hanya sekedar diperkenankan untuk ikut dalam segala kegiatan organisasi.

Sementara itu bila dilihat dalam perspektif bina diri, bina organisasi & bina lingkungan :

  • Anggota Muda fokusnya adalah aspek bina diri, maka dibuatlah program2 khusus utk anggota muda dari mulai caang/calon anggota, diklat, mabim hingga sidang pengembaraan … pun begitu dengan pelibatan dalam kepengurusan untuk posisi junior adalah sebagai upaya membentuk menempa dirinya menjadi anggota seutuhnya.
  • Sementara utk Anggota Biasa, walaupun masih ada ruang2 bina diri namun porsinya sudah lebih dominan pada aspek bina organisasi, diharapkan anggota yang sudah ‘jadi’ ini memberikan segenap kemampuan untuk mengembangkan organisasi. Maka di pundaknya lah beban mengurus oganisasi sebagai pengurus inti, kemudian menjalankan semua program kegiatan organisasi & operasional hingga menjalankan kegiatan ekspedisi besar yang semestinya merupakan ultimate test bagi kemampuan keorganisasian & operasional di alam bebas. Core competence sebagai seorang mahasiswa pecinta alam.
  • Di sisi lain Anggota Luar Biasa, nyaris tidak ada program yang terkait. Sebagai bagian dari organisasi mestinya kan ada juga program yang ditujukan kepada mereka sebagai sesama anggota, berhak di beri porsi & perhatian, tidak sebagai tempelan saja, bahkan posisi dalam kepengurusan yg khusus mengurus ALB tidak pernah ada.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, mungkin yg dimaksud bina lingkungan (dlm konsep bina diri, bina organisasi, bina lingkungan) itu sebenarnya lingkungan dalam arti luas… artinya peran ALB itu sudah beyond personal & organizational development tapi sudah pada developing surrounding environment, alias membina lingkungan sekitar untuk membawa organisasi semakin berkembang. Jadi perannya melampaui organisasi itu sendiri, nah di sisi ini lah sebenarnya Korps Alumni Palawa bisa dijadikan jawaban utk mengoptimalkan peran anggota alumni atau ALB terSebut. Dewan Pengurus pun pastinya akan sangat terbantu karena ada pelembagaan support dari alumni yang selama ini diserahkan pada hukum alam semata, tdk dikelola dengan baik.

Memang di khalayak anggota ALB sendiri, seperti halnya anggota yang berstatus AM & AB, tidak semua menjalankan peran (ideal) sebagaimana yang seharusnya. Ada saja yang sibuk, terkesan apatis atau kontribusinya parsial, hanya ingin melakukan sebagian hal yang menjadi porsinya saja… karena alasan satu dan lain hal yang sejatinya mungkin bisa diterima, walaupun ada kelindan hak & kewajiban… tapi bagi yang memiliki komitmen kuat terhadap perhimpunan, ingin berbuat lebih, going extra miles, sudah semestinya disediakan ruang untuk itu.

Korps Alumni Palawa, melengkapi tri matra!
Semakin besar organisasi, semakin banyak anggota maka kebutuhan untuk memberikan ruang tersebut sudah sangat mendesak. Di sisi lain, pelembagaan ruang partisipasi alumni itu juga akan sangat membantu DP. Paling praktis adalah untuk keorganisasian terkait pembinaan anggota.

Saat ini jumlah anggota ALB pastinya sudah melebihi jumlah anggota yang berstatus AM + AB. Namun ironisnya, tidak ada upaya mengelola potensi yg dimiliki ALB tersebut secara optimal. Tidak ada upaya-upaya menjaga relationship kecuali diminta datanya setiap tahun jelang HUT Palawa misalnya atau jadi sasaran jualan/proposal setiap akan ada kegiatan yang membutuhkan dana besar. Idealnya tentu ada optimalisasi potensi alumni tersebut, data2 alumni dimaintain/diolah dgn baik. Sudah semestinya ALB juga diberi perhatian, yang hanya bisa dilakukan bila ada data yg baik, sekedar memberikan ucapan selamat ulang tahun resmi saja juga sudah sudah terasa mengharukan bagi Alumni, menunjukan ada perhatian. Jangan alumni hanya didata pas sedang ada kebutuhan saja, sudah ga musim! Ini berlaku juga untuk anggota yang berstatus anggota kehormatan atau AK. Di era digital seperti sekarang ini seharusnya sudah tidak ribet lagi mengurus database.

Bagi alumni yang memiliki militansi tinggi mungkin tidak perlu hal2 sentimentil seperti tersebut diatas… tetapi anggota ALB kan sudah banyak ragamnya dan semakin lama semakin bertambah. Barangkali ada potensi-potensi tertentu yang tidak tersentuh karena kita tidak memikirkan untuk mengoptimalkan potensi ini.

Penerapan lain terkait pelembagaan alumni dalam Korps Alumni Palawa ini, selain untuk mengelola ALB bisa diarahkan juga untuk mengelola AK. Sehingga DP bisa fokus pada AM & AB sebagaimana yang sudah berlangsung selama ini. Bayangkan potensi para AK yang karenanya kita dengan gegap gempita mengalungkan syal kuning kepada mereka. Tetapi setelah menjadi anggota justru tidak pernah dilibatkan dalam acara-acara organisasi, bahkan untuk sekedar mengundang kehadirannya dalam setiap acara pelantikan atau diklat. Harus diakui kita masih tergagap bermain di wilayah ini, sehingga dengan hadirnya Korps Alumni Palawa Unpad bisa membantu DP mengatasi hal tersebut. Diharapkan dengan memasuki ruang ini kita tidak lagi hanya bisa berjalan di tempat, sementara perhimpunan sejenis lain sudah bisa berlari memanfaatkan segenap potensi yang mereka miliki.

Sebagai penutup, kehadiran Korps Alumni Palawa Unpad menurut hemat saya sudah tidak bisa ditawarkan lagi. Selain bisa berfungsi untuk membantu Dewan Pengurus dalam aspek adminitrasi keanggotaan khusus ALB & AK. Korps Alumni juga bisa menjadi perpanjangan Dewan Pengurus dalam mengelaborasi potensi-potensi yang ada pada wilayah kealumnian. Membuka ruang ekspansi yang lebih luas terhadap gerak maju kegiatan perhimpunan. Meningkatkan skala kegiatan melalui dukungan yang didapat dari hasil optimalisasi jaringan alumni, yang bukan melulu di internal Palawa namun juga alumni Unpad secara umum sebagai almamater yang menaungi kita bersama. Saya membayangkan, Korps Alumni Palawa ini bak dukungan udara yang diperlukan kekuatan darat Palawa Unpad dalam memasuki wilayah prestasi, yang dibuka & diantarkan sebelumnya oleh Yayasan Palawa Indonesia. Demikian.

Logistics-the practical art of moving arms and keeping them supplied-spelled the difference between victory and defeat in the sands of North Africa – Omar Bradley (warfare history, akses 2020).