Sebuah Tumpeng dan Kawah Bodas

 

nasi-kuningby Dodi Rokhdian

Eng Ing Eng.
Alkisah di penghujung 1994 beberapa anggota perhimpunan pecinta alam gaib (PPAG) angkatan kawah bodas (KB) sedang kongkow di markasnya. Itu sore setelah mereka melakukan latihan fisik : binjas namanya. Badan lelah, haus, dan lapar melanda mereka. Sayang tak ada uang, maklum tanggal tua. Hiburan penghilang lapar kala itu hanya lalu lalang mahasiswi yang bolak balik dari WC perempuan yang tepat di depan markasnya. “Hey kebelet yah, wah ada yang goreng pindang, Serrrrrr” begitu celetukan anggota PPAG pada mahasiswi-mahasiswi yang keluar masuk WC-nya. Yang dicelutukin macam-macam responnya, tapi umumnya cemberut.

Kelompok pecinta alam goib itu juga hanya mampu mengisi lapar dengan ngopi-ngopi saja. Sementara lalu lalang penjual kue seperti Bram dan Abdul mereka acuhkan, dan sebaliknya, Bram dan Abdul pun balas mengacuhkan (mungkin malas diutangin). Sama-sama acuh-acuhan

Waktu tak terasa nyeredet menuju ke jam 9 malam. Sebagian anggota perhimpunan alam goib sudah sumerah diri dengan rasa laparnya. “Tuhan sedang menguji kita” Kata BY sok bijak macam betul kayak para motivator. WB lain lagi “Enya da survival, teu tahan urang euy” ujarnya sambil bongkar-bongkar ransel nyari indomie sisa survey diklatdas. WATIR itulah kata yang pas buat menggambarkan situasi saat itu. DNG malah sedang ngemil gula putih di wadahnya, “mayan” katanya.

Pucuk di cinta oray pun tiba, dari arah koridor terlihat tiga orang perempuan Anggota PPAG dari Kawah Bodas yang bergerak ke arah markas. Jalannya cepat-cepat, seolah diburu hansip, sambil membawa Nyiru (nampan) berisi Tumpeng.

“Wah siapa yang ulang taun cin?” Ujar OPK dengan binar mata sumringah.

“Tutup pintu, tutup gorden cepat” Ujar RN FLR & BTT sambil cekikikan

“Kenapa harus ditutup pintu dan gorden?” kata kami pria-pria kawah bodas lugu.

“Ah ngke caritana” Ujar RN tegas

Alhamdulilah, kami pun makan sambil cekikikan penuh kegembiraan. “waduh lupa berdoa” Kata DRN pas tumpeng sudah tandas. DRN memang seorang yang paling beriman diantara sekumpulan kawah bodas tsb (ehem),

Setelah makan inilah kisah asal usul tumpeng tersebut. Eng Ing Eng, pada saat tiga sodariku kawah bodas berjalan di koridor hendak ke markasnya, nampaklah sebuah tumpeng. Tumpeng itu diatas meja depan Aula, yang tak ada orang karena orang-orangnya sedang ada semua di dalam aula. Mungkin anggota UKM pemilik tumpeng itu harus masuk semua karena acaranya amat penting hingga lupa menjaga tumpeng. Singkat kata entah iseng, entah empati di markas ada yang lapar, atau entah lainnya (hanya mereka yang tahu) alhirnya Tumpeng Tak Bertuan itu digiwingnya dan kemudian disantap ramai-ramai.

“Wah padahal tadi di samping tumpeng ada satu dus akua, ambil lagi yukk! Gak ada air nih” Itu RN yang ngomong. “Ayo kemon” Kata FLR dan BTT.

“Jangaaaan, ntar ketahuan” serempak seluruh anggota pecinta alam goib dari angkatan kawah bodas yang pria-pria melarang rencana aksi kedua sodari-sodarinya tersebut. Lalu malam pun syahdu diiringi suara paduan nyanyian dari arah Aula : sadarkah mereka kehilangan tumpengnya?

##
[Demikianlah –> kisah ini sekaligus permohonan maaf buat sebuah UKM yang kehilangan tumpeng di era 1994-an, mohon dimaafkan]

 

Keterangan :

  • FLR=Flora, BTT=Butet, RN=Rina, DRN=Dodi Rokhdian, OPK=Opik, DNG=Dudung, WB=Wawan Barang, BY=Bayu