Bencana virus COVID-19 yang mewabah diawal tahun 2020, tak negara manapun yang siap menghadapinya. Bahkan negara paling maju hancur lebur tak berdaya dihantam virus dan efek dari pandeminya. Perekonomian hancur lebur, jutaan orang meninggal dan miliaran terdampak hidupnya.
Bulan-bulan awal menjadi masa paling mencekam menghadapi bencana virus COVID-19, semua gugup dan segala upaya bersifat trial and error. Namun semua upaya harus dicoba, walau jatuh bangun memperbaikinya.
Tanggal 16 Maret 2020, sekolah dan perkuliahan di Bandung total berhenti. Kampus menghadapi lockdown, tanpa ada pemahaman terhadap nasib para mahasiswa yang terkena efeknya. Mereka tak bisa pulang, kekurangan uang saku bahkan kesulitan mencari makan. Maka diawal pandemi ini, respon disaster management Yayasan Palawa Indonesia (YPI) adalah membantu mereka. Selama sebulan setengah mahasiswa diberbagai kampus diberi ransum makan siang untuk mencegah mereka keluar dan berkerumun. Tak saja di Bandung namun juga kota-kota lain yaitu Depok, Jakarta Selatan dan Denpasar.
Respon selanjutnya ditujukan kepada masyarakat yang terdampak pandemi yaitu dengan meringankan penderitaan dengan berbagi sembako. Area yang disasar bantuan tertama wilayah perkotaan dengann fokus di Sekeloa, Padasuka dan Jatinangor. Namun beberapa wilayah lain juga dijangkau secara hit and run, sehingga bila dihitung area dimana YPI terlibat mencapai 20-an titik kecamatan dalam waktu dua bulan.
Upaya terakhir yang dilakukan YPI tetap menyasar kebutuhan pokok yaitu pembagian bahan makanan pokok beras. Minimal bila keluarga mempunyai beras mereka masih dapat menyambung hidup. Cakupan wilayah lebih menyempit lagi yaitu wilayah padat di perkotaan.
Distribusi terakhir dilakukan tanggal 15 Agustus 2020 di tengah perkebunan Sukawana, Lembang, menandai berakhirnya upaya berdarah-darah yang dilakukan YPI dalam tetap konsisten membantu masyarakat walau tentu jauh dari cukup. Sebagai sebuah yayasan yang jauh dari mapan, rentang waktu lima bulan tetap konsisten berbagi dengan masyarakat merupakan sebuah pencapaian tersendiri.
Tentu saja upaya yang spartan ini tak lepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak. Sejak awal YPI menyadari tak mungkin menjalankan operasi kemanusiaan ini sendirian, oleh karena itu sedari awal melibatkan banyak pihak yang concern. Salah satu cara melawan virus COVID-19 yang ganas, diyakini adalah juga menyebarkan virus kepedulian kepada sesama secara masif pula.
Mengakhiri berbagai upaya merespon bencana virus ini, pada bulan September 2020 Bar yang juga ketua YPI menjadi volunter uji klinis vaksin. Seperti diketahui sebanyak 2.400 calon vaksin COVID-19 (virus corona) asal China telah masuk Indonesia. Calon vaksin buatan perusahaan Sinovac Biotech Ltd. direncanakan diuji klinis laboratorium milik Indonesia. Uji klinis akan dilakukan selama 6 bulan. Setelah uji klinis, barulah vaksin bisa digunakan.