Bencana Longsor di Cimanggung yang terjadi pada hari Sabtu, 9 Januari 2021 telah menelan korban jiwa 40 orang. Karena lokasi tak terlalu jauh dari kampus UNPAD, maka relawan dari Palawa Unpad dapat segera turut serta dalam membantu operasi kebencanaan keesokan harinya. Sementara itu, Yayasan Palawa Indonesia mulai terlibat pada hari Selasa, 12 Januari 2021, setelah sebelumnya melakukan konsolidasi dengan beberapa pihak untuk kolaborasi.
Menimbang lokasi bencana yang tak jauh dari perkotaan, YPI memilih menjaga jarak dari lokasi bencana. Bisa dipastikan, suasana chaos dengan arus logistik dan evakuasi yang padat disekitar lokasi longsor. Alih-alih bergabung kedalam posko, disaster management YPI memilih mengirim ransum dan logistik harian ke posko.
Menjalin komunikasi dengan personil di posko, manajemen bisa menentukan prioritas logistik yang dikirim setiap harinya ke Poskogab di SMAN Cimanggung ataupun posko Puskesmas Sawahdadap. Selain ransum makan, setiap hari selalu ada sorti logistik yang dikirim ke lokasi bencana mulai dari rokok, buah-buahan, susu hingga vitamin.
Taktik hit and run ini dinilai cukup jitu menghindari penumpukan logistik baku yang hanya akan menumpuk di gudang posko. Manajemen bencana YPI hanya mengirim kebutuhan yang prioritas dan keperluannya segera diperlukan. Selain bekerjasama dengan personil dari Palawa Unpad, dilapangan juga turut berkolaborasi dari Blue Hikers, Mahatva, Rejanawana, SAR dan beberapa elemen satu almamater lain. Juga menjalin komunikasi dengan Pusat Riset Kebencanaan (PRK) Unpad untuk kebutuhan relawan dan logistik.
Benteng terbang logistik YPI beroperasi tiap hari selama masih ada personil lapangan di posko apakah itu Palawa Unpad atau yang lain. Benteng terbang yang efektif melakukan drop logistik ini akan mengingatkan kita pada pesawat bomber legendaris masa Perang Dunia, the B-17 Flying Fortress.