It is not about the mountain, it’s about us.
Tuhan memberi kelebihan pada sebagian orang untuk memberi manfaat bagi lainnya, untuk menolong kehidupan sesamanya. Oleh karena itu mereka dikarunai kekuatan melebihi orang awam pada umumnya sehingga dapat mengatasi tekanan yang berlipat-lipat dibanding orang biasa. Sebagian orang, ditakdirkan untuk berlatih lebih keras dari yang lain karena dikaruniai kekuatan itu.
Tak ada yang lebih membuat kuat daripada berlatih di alam. Kita selalu merasakan kondisi ekstrim saat berlatih di alam. Namun kita selalu bertahan menghadapinya. Kita bertahan diantara badai, terik menyengat, reruntuhan bebatuan dan luapan banjir. Kita telah melewatkan malam-malam yang beku dengan pakaian basah kuyup. Kita tetap bergerak walau didera rasa lapar dan haus. Kita tak menyerah karena sadar bahwa mempertahankan hidup adalah hal yang sangat berharga. Adakah yang lebih memahami karakter alam dibandingkan mereka yang berlatih padanya?
Tak ada yang dapat menghalangi para petualang untuk sampai ke tempat tujuannya. Imajinasi untuk bebas dan menemukan keindahan telah mendorong para petualang pergi ke berbagai belahan bumi untuk menjelajahi berbagai blank spot yang belum terpetakan. Keinginan untuk memberi makna lebih pada hidup telah memberikan daya jelajah ekstra kepada para pemilik jiwa yang resah itu. Tak ada medan yang terlampau ekstrim, tak ada udara yang terlalu tipis dan tak ada kesulitan yang tak terpecahkan bagi petualang dalam melakukan penjelajahannya. Berbagai tempaan fisik dan mental yang keras itu merupakan sebuah latihan tak berkesudahan untuk menjadi pribadi yang lebih matang.
Namun seiring berlalunya waktu para pemburu tua itu merasa lelah dan mulai surut berkegiatan, bagai karang yang awalnya kokoh kian hilang tergerus gelombang. Batas-batas imajiner itu seolah makin tampak di depan mata. Hehijauan romantisme dan heroisme itu telah lewat walau tak mungkin binasa. Para alumni yang sudah mapan kini lebih familiar dengan yang namanya SSP alias Sindrom Senin Pagi dibanding melakukan packing peralatannya. Inilah dunia nyata bahwa bangun siang pun merupakan kemewahan. Kini legiun veteran bisa duduk dengan tenangnya di sofa yang empuk dalam rumah atau kongkow di café yang nyaman. Menyeruput secangkir moccachino panas di kala hari berhujan dianggap cukup mampu mengenang romantisme masa dulu. Obrolan-obrolan ringan di cafe cukuplah sebagai pengganti muper atau lokakarya.
Sungguhpun demikan, yakinlah bahwa tetap berlatih dan menjaga rutinitas berkegiatan outdoor merupakan hal yang berharga. Dengan berlatih di alam, daya tahan maupun daya jelajah tetap terjaga; minimal tidak akan menurun drastis dibanding dengan hanya duduk seharian di belakang meja sepanjang tahun. Demikian pula skill dan insting mereka akan tetap terasah. Dan jauh lebih penting dari itu, kesadaran akan rasa kemanusiaan kita senantiasa akan terpelihara. Barangkali, dari ajang berlatih yang penuh endurance itulah mereka lebih dibukakan mata melihat kebajikan. Mereka diberi kejujuran hati untuk peduli pada sesamanya.