Gowes Bandung – Bogor Tenaga Kuah Baso

Jauh sebelum gowes jadi life style yang populer, Wawan Peking ( dari ‘packing’ sebetulnya) sudah terbiasa mengayuh pedal jarak jauh.  Pantas saja waktu diklat ia menjadi salah satu siswa paling kuat melahap long march tanjakan.

“King ulah di hareup maneh mah,” hardik siswa yang lain.

“Karunya Nina boyot di tukang,” ujar yang lain terkesan membela saudari perempuannya. Padahal kecapean.

Setelah diklat pun kebiasaan gowes ini terus berlanjut, entah ikut klub bedor apa. Suatu hari Wawan Peking dengan antusias menceritakan pengalaman gowesnya yang kadang eksentrik itu. Ceritanya ia gowes Bandung-Bogor pp sendirian saja berbekal uang saku terbatas.

“Mawa duit sabaraha kitu King?”

“Gope”

“Gede atuh maratus rebu mah”

“Lain, 500 perak.”

Sarap…., pikir yang lain. Bahkan untuk standar tahun 90 pun uang 500 perak tak banyak, cuma cukup buat makan sepiring  dan sebatang samsu.

Walau berbekal botol minum, tentu saja menempuh jarak itu sekali jalan pun sudah habis. Kala perjalanan pulang di kawasan Puncak, haus kembali mendera. Uang gope sudah habis buat makan di Bogor, celingak-celinguk tak ada siapa-siapa. Sebagai atlet semi pro ia sudah terlalu hapal bahwa dehidrasi sudah diambang bila badannya tak segera diinfus cairan. Namun mau kemana minta tolong, tahun 90 awal kawasan Puncak masih sepi sekali. Cuma ada tukang baso yang lewat, mau pulang sepertinya. Tah ieu we, pikirnya.

“Mang..mang..” teriaknya sambil nyusul pake sepeda,” meser mang…”

“Tos seep baso na..”
“Wios…kuah na we.” Barenage teu boga duit, pikir Peking.

Mang baso garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.  Sarap kitu…, pikirnya. Tapi dituruti juga, ia memberi semangkok kuah baso yang langsung diteguk habis Wawan. Euleuh…mang baso makin takjub, untung tadi teu dipurulukan saledri jeung bawang pikirnya.

“Mang nyuhunkeun kuah na..eusikeun kadieu,” pinta Wawan menyodorkan botol minumnya. Batan aing dehidrasi, pikir Wawan, bae lah nginum kuah baso ge. Setelah botol minumnya penuh diisi kuah baso, Wawan Peking cukup pede menyelesaikan etape akhirnya ke Bandung.

“Mang..nuhun kuah baso na,” ujarnya pamit.

Mang baso garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Boa edan, gumamnya.