Persiapan Pendampingan Tenaga Paramedis dalam Ekspedisi

420891_456375077774063_1039230882_n

Studi Kasus Ekspedisi Caving di Negara Laos 2011

by Linda Rosiyani

Persiapan yang saya lakukan dalam kerangka tugas sebagai paramedik adalah menyiapkan sejumlah perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan jumlah anggota tim dan dana yang disiapkan oleh manajer tim. Evaluasi mengenai daerah yang akan didatangi pun saya lakukan, dengan menggali informasi melalui internet. Daerah yang akan dituju oleh tim adalah daerah endemik Malaria. Artinya siapapun dalam tim dapat terkena penyakit Malaria, pada saat berada di lokasi, ataupun sesaat setelah meninggalkan lokasi.

Selain itu, sehubungan dengan kegiatan ekstrim yang akan dilakukan oleh tim penelusuran gua, maka sebagai paramedik, saya membutuhkan informasi mengenai tingkat kesehatan dan resume medis dari setiap anggota tim. Sayangnya saya tidak mendapat detil informasi resume kesehatan masing-masing peserta, asumsinya adalah setiap anggota tim diperkirakan dalam kondisi kesehatannya yang terbaik.

Adapun skill paramedik yang saya pelajari adalah mengenai evakuasi anggota tim yang mendapat cedera ringan sampai berat. Penanganan pertama pada kecelakaan yang mungkin terjadi dalam situasi ekspedisi, sampai pada jika terjadi keadaan ekstrim seperti adanya luka gigitan ular maupun luka robek/bakar yang mungkin bisa terjadi. Semua kemudian saya dapati dalam sebuah buku yang berjudul KETIKA DOKTER TIDAK ADA yang telah ditranslasikan ke bahasa Indonesia dan buku itu sudah saya sumbangkan  melalui teman satu tim yang bertanggung jawab di bidang medik.

Beberapa masalah yang diperkirakan akan menjadi perhatian penuh oleh paramedik dan juga pernah terjadi selama ekspedisi berlangsung adalah:

  1. Dalam rangka penanganan pencegahan penularan penyakit malaria, maka saya harus mengkonsultasikan dengan teman sejawat dan para dokter yang mempunyai pengalaman di daerah endemi malaria. Beberapa nama obat muncul seperti resochin, doksisiklin, primaquin. Resochin pada dasarnya sudah tidak dipakaikan lagi kepada penderita malaria, mengingat efek sampingnya yang juga sama bisa membuat penderitaan seperti telinga berdengung selama pemakaian obat, kehilangan kesetimbangan tubuh –yang membuat pemakai obat ini kurang dapat mengkoordinasikan indera penglihatan, pendengaran dan menggerakan kerangka tubuh dengan sempurna. Pemilihan antibiotik doksisiklin kemudian diambil dengan pertimbangan efek samping lebih sedikit dan bisa mematikan virus dan menggantikan siklus protein dari virus malaria.
  2. Pola makan, dan jenis makanan yang ditemui di daerah ekspedisi bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan anggota ekspedisi. Beberapa anggota, didapati mengidap penyakit maag kronis dan beberapa mengidap penyakit tukak lambung akut. Beberapa jenis obat yang diperkirakan bisa menyembuhkan rasa sakit yang diakibatkan 2 penyakit diatas, laris manis, diantaranya, waisan, vitazym, ranitidine. Dan untuk kejadian khusus diatas dalam kasus terminumnya air aki yang bersifat korosif dan asam aktif adalah dengan meminum air sebanyak-banyaknya dan meminum karbon aktif supaya dapat menetralkan keasaman dari air aki tersebut. Obat luka lambung/tukak juga diperlukan beberapa jam sesudah terjadinya kecelakaan tersebut.
  3. Cuaca yang ekstrim dingin juga bisa menyebabkan kondisi fisik menurun, karena panas tubuh dan karbohidrat dicerna sangat cepat untuk mengantisipasi terjadinya keadaan hipotermi. Manusia memang pada dasarnya memiliki cadangan lemak yang cukup untuk mengantisipasi keadaan hipotermi atau keadaan dimana terjadi penurunan panas tubuh karena kurangnya zat pembentuk tenaga(karbohidrat). Hipotermi akut dan cepat pada suhu yang dingin ekstrim bisa menyebabkan kematian sel. Vitamin B komplek yang biasa terdapat dalam multivitamin pada situasi tertentu sangat membantu manusia dalam mencerna cadangan lemak menjadi gula darah dan akhirnya dirubah oleh sistem tubuh menjadi panas tubuh dan tenaga.
  4. Perbekalan farmasi yang lain yang juga perlu dipersiapkan adalah zat-zat antiseptik yang digunakan untuk mencuci luka atau peralatan medis yang dibutuhkan dalam keadaan darurat. Zat antiseptik ini berupa sabun cair antiseptik, rivanol untuk cuci luka, alkohol untuk mencuci alat medis.
  5. Untuk mengantisipasi kecelakaan, kain steril, kasa steril, kapas juga tidak lupa dimasukkan kedalam daftar perbekalan farmasi.
  6. Kondisi serangan flu, batuk dan asma, diare, sembelit dan perdarahan dubur atau wasir adalah kondisi yang biasa ditemui dalam cuaca ekstrim. Perbekalan farmasi yang cocok diantaranya adalah Ibuprofen, paracetamol, ctm, deksamethason, analsik.
  7. Mengingat medan yang akan dilalui tim adalah medan yang diberitakan jauh dari pusat kesehatan masyarakat di Lao PDR, maka saya menyiapkan peralatan untuk infus beserta cairan infusnya, untuk mengantisipasi dari serangan syok anafilaktik atau keadaan trauma pada kecelakaan.
  8. Peralatan medis sederhana mulai dari gunting bedah, pisau bedah, jarum untuk kulit, jarum untuk urat, alat suntik untuk obat2 urgensi dan live saving, peralatan infus, benang catgut untuk kulit dan otot. Alhamdulillah ternyata, semua anggota tim melaksanakan sistem safety first yang membuat paramedik tidak perlu menggunakan alat-alat ini.

Tim ekspedisi Gigantic River Cave-Lao PDR secara garis besar dalam pandangan medis merupakan perjalanan yang tidak berat, mengingat kegigihan anggota tim dalam penelurusuran gua adalah modal utama sel-sel tubuh mereka bertahan dalam kondisi ekstrim.