Yulia : Untold

11188434_10153668660039857_6747777536856110019_n“Well, we all need someone we can lean on. And if you want it, you can lean on me”. (Let It Bleed By The Rolling Stones)

by Agung Nugraha

Bagi anggota Palawa Unpad era tahun 1996 hingga awal 2000-an tentunya mengenal dengan baik sosok yang satu ini ; dia yang ketika menjadi siswa diklatdas adalah contoh dari sebuah arti kata perjuangan dengan tetap melangkah menggunakan ke-2 lutut kaki ketika badai cedera menyerangnya, dia yang memiliki kecantikan penerus angkatan terdahulu, dia dan seterusnya. Kabar duka yang di terima tadi pagi menjadikan kesedihan yang mendalam. Yulia dan hari-hari serta hal-hal yang indah. Romantisme kembali hadir.

Siang itu sekretariat terasa sepi. Hanya aku dan yulia. Ruh penggerak roda organisasi tengah berada di medan operasi diklatdas. Aku yang waktu itu menjabat sebagai ketua DP, mengungkapkan kegundahan di hati kepadanya :
“Yul, kangen euy sama anak-anak. Nengok yuk ??” Kataku lirih sambil menatap wajahnya.
Aku masih ingat respon yang kuterima waktu itu ; tatapan mata yang hangat, tutur kata yang lembut, dan bahasa tubuh yang bersahabat.
Tanpa ragu dia menjawab : “sekarang ? Hayu…”
Dengan spontanitas, perasaan menggebu-gebu untuk menengok, tanpa peralatan memadai dan seadanya, perjalanan di mulai.
Sebagai bendahara, Yulia memberi saran kepadaku perihal kondisi keuangan Palawa. Tentang apakah memungkinkan untuk membawakan sesuatu buat mereka yang berada di medan operasi sana.
Dago 34 menjadi persinggahan yang pertama. Tempat yang tidak asing bagi anggota yang hobi nyekek botol waktu itu. Aku meminta yulia untuk menunggu agak menjauh :

“Tunggu disini. Biar aku yang belanja”. Pintaku demi kebaikannya.

Selesai membeli beberapa botol, aku kembali menghampirinya, dan kami melanjutkan perjalanan. Bunyi khas botol minuman yang saling beradu tidak membuatnya risih.
Surabi Enhaii menjadi persinggahan kami selanjutnya. Setelah melihat daftar menu dan keuangan yang ada, diputuskan untuk membungkus puluhan surabi. Perjalanan kembali di lanjutkan. Menuju lokasi medan operasi gunung hutan. Menuju Gunung Sanggara.
Hari sudah malam ketika kami tiba di pemberhentian terakhir angkutan umum. Dengan berjalan kaki, menggunakan daya ingat, kaki ini melangkah. Membelah kesunyian. Tertawa hangat. Suara botol minuman yang kerap beradu. Dan puluhan surabi yang seakan berteriak : “makan aku… Makan aku…”.

Terangnya malam itu membantu kami untuk memilih pijakan kaki. Berdiskusi arah perjalanan. Tanpa alat penerangan di tangan. Sampai akhirnya menemui titik dimana kami harus beristirahat dan berdiskusi : mau lanjut sekarang ? Atau besok pagi ?. Menyadari bahwa kami kesulitan menemui lokasi diklatdas.

Sambil duduk rapat bersebelahan. Sambil menghangatkan diri. Pertimbanganpun diambil. Baik tidaknya jika kami meneruskan perjalanan malam ini atau esok paginya. Keinginan menggebu-gebu untuk segera bertemu, belum lagi puluhan surabi yang seakan-akan tidak henti-hentinya berteriak ; “makan aku… Makan aku…” Memutuskan kami untuk melanjutkan perjalanan malam itu.

Sebelum bergerak, sambil memandang wajahnya dari samping, aku teringat sebuah kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat dimana aku dan yulia berstatus anggota muda yang tengah menjalani masa bimbingan. Setelah materi kelas, malam hari di kawasan dipati ukur, yulia menghampiriku dan berkata ;
“Gung, temenin aku pulang ke rumah dong. Ada senior yang mau nganterin pulang”. Pintanya denga tatapan penuh harap.
Aku tertawa. Berkata dan menggoda : “lah, senior itu kan anggota Palawa Unpad juga yul “.
Dia pun tertawa.

“Lanjut yuk ?”. Ajak ku sambil kembali tertawa dalam hati mengingat kejadian itu. Kami pun melanjutkan perjalanan. Sambil menatapnya dari belakang, aku berkata dalam hati ; “pribadi yang menyenangkan”.
Tidak lama, setelah berulang kali berteriak khas Palawa Unpad ketika dilapangan berharap menemukan tanda-tanda keberadaan, kami akhirnya menemukan lokasi tersebut.
Kami di sambut hangat. Beberapa botol minuman dan puluhan surabi di serahkan. Aku dan Yulia membaur dengan yang lain. Malam yang indah.
“Kita berhasil yul”. Kataku dalam hati sambil menatap wajahnya dari kejauhan.

Tanah Kusir, 4 November 2015
A.N
PLW 24382106 CR

Selamat Jalan Saudaraku Yulia Mardiana ( xPLW 008 Caraka Rimba )…Semoga Allah melapangkan jalanmu dan engkau menjadi Ahli Surga..Aamiin Ya Robb… (Rifki Areadi/CR)

Untuk Saudaraku, Yulia…

Yang dengan gigih melewati hari-hari Diklatdas Palawa Unpad

Yang dengan penuh kesabaran melewati waktu masa bimbingan Palawa unpad

Yang dengan penuh pengorbanan melewati periode dewan kepengurusan Palawa unpad.

Terima kasih. Selamat jalan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikanmu, amin. (Agung Nugraha/CR)