Setelah melakukan sekian kali trip ke Indochina kini ‘the pack’ kian merasa akrab dengan perjalanan di negara-negara kawasan itu. Jalur transit dan jalur darat antar kota-kota nya sudah terbayang. Memang jangan tanya seluk-beluk kotanya, karena mereka biasanya hanya bermalam dari satu kawasan backpacker ke kawasan backpacker kota lainnya, demi menekan anggaran. Kini bila sudah lama tidak travelling kesana, ada risau yang menggelayut. Rindu untuk menyesap kopi Vietnam yang kental di Saigon, bersantai di kawasan Rambuttri di Bangkok, atau memandangi sungai Mekong di Fa Ngum road, Vientiane. Sejenak transit menyesap kopitiam di bandara Changi atau KLIA.
Tipe perjalanan yang dicari memang tak mainstream, yaitu menuju tempat-tempat yang tak terlalu popular atau tempat yang bersejarah dibandingkan atraksi gemerlap kota-kota, hingga tak heran lebih banyak blusukan ke luar kota daripada menghafalkan wisata kuliner kota. Merasakan sensasi dipuncak Fansipan yang merupakan gunung tertinggi Indochina, menyusuri jalur Utara Laos, merasa takjub pada kemegahan kompleks candi Angkor Watt dan sejenisnya selalu lebih menarik daripada keluyuran di kota-kota besarnya. Walau tentu saja, menikmati suasana santai backpackeran di Bangkok, Saigon atau Vientiane pun memiliki sensasinya tersenditi. Namun bila kita bepergian melewati kota-kota kecil seperti Chiang Rai, Bokeo, Da lat atau Kratie yang kurang popular maka selalu ada pengalaman baru yang menarik.
Kala perjalanan get lost dilakukan itulah denyut adrenalin kembali mengencang. Denyut yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan otot-otot melepaskan energinya mewarnai perjalanan ke kawasan itu. Sensasi pelepasan endorphin itu menggantikan kehausan akan petualangan-petualangan masa lalu ketika masih getol mencari kesunyian ke puncak gunung. Mungkin itulah sebabnya secara perlahan mereka meretas menuju kota-kota baru, mencari sensasi adrenalin yang ditawarkan oleh indahnya perjalanan ke sebuah tempat blank spot. Masih banyak tempat-tempat yang bisa dituju dikawasan ini, bahkan sebenarnya Indochina tak pernah kekurangan tempat baru yang menarik untuk dikunjungi.
Indochina merupakan tempat untuk mematangkan diri, meremajakan persahabatan mereka sambil memantau tempat-tempat petualangan baru di sekitarnya. Sebongkah bagian benua Asia yang berada diantara India dan China itu menjadi ajang pendewasaan karakter setiap orang. Bertahun-tahun secara bergantian tim-tim yang berbeda blusukan di Indochina saling bertukar informasi dan pengalaman hingga bisa dikatakan wilayah itu sudah seperti playing ground yang tetap. Jalan-jalan daratnya dijelajahi hingga ke perbatasan China. Tentu akan tiba saatnya untuk terus mendorong perjalanan-perjalanan ini lebih ke Utara, menerobos perbatasan-perbatasan. Dan barangkali, dalam beberapa tahun ke depan, walau China wilayah yang begitu luas, petualangan-petualangan mereka sudah harus bergerak menjauh lagi. Kemana? Entahlah, kota-kota di perbatasan yang akan menjadi saksinya.