Kembali ke Tiongkok : Rute Kunming

Melirik daratan China sebagai tujuan backpackeran sudah dilakukan sejak 2013. Kala itu Bar dan Dudung memilih Guangzhou sebagai kota tujuan mereka, lalu kemudian Hongkong dan Shenzhen. Namun impian menjadikan China sebagai region yang regular dikunjungi dengan Guangzhou sebagai kota basis harus buyar. Bukan hantaman badai Haiyan yang menghentikan mereka terus bergerak, melainkan hantaman kurs dollar.

Setelah beberapa kali mengunjungi negara Tirai Bambu itu, mereka “kehabisan bensin” untuk melanjutkannya. Amblasnya mata uang Rupiah menghambat upaya meretas ke kota-kota China lainnya. Tahun 2015 Dudung yang terakhir mengemas bawaannya dari Guangzhou, setelah Bar beberapa bulan sebelumnya melemparkan handuk. North army mengevakuasi diri dari daratan China, tanpa ada kepastian kembali lagi kesana.

“Beakeun bensin indit ka China mun kurs rupiah kawas kieu wae mah,” keluh Dudung.

“Enya eungap..” ujar Bar pasrah. Maklum saja, batas psikologis mereka dalam menjalani tour China hanya lima juta rupiah, termasuk flight pp. Bila tiket penerbangan pp mencapai empat juta rupiah saja, bayangkan hancur leburnya anggaran yang sudah sangat budget itu oleh hantaman kurs dollar. Walau masih diliputi rasa penasaran, dengan berat hati tour China  itu mereka shutdown.

Dua tahun berlalu, hanya buku Lonely Planet bajakan yang menjadi bahan bacaan sambil menunggu saatnya kembali kesana. Momentum itu muncul ketika maskapai AirAsia promo rute Kuala Lumpur – Kunming seharga 1,3 juta pp.  Asa yang telah meredup kembali memercik. Rute backpackeran dari Kunming pun dipersiapkan.

Kunming adalah ibukota provinsi Yunnan di China bagian Selatan yang berbagi perbatasan darat dengan negara Laos dan Myanmar. Sebetulnya ada perbatasan air dengan Thailand di aliran sungai Mekong, namun telah ditutup karena situasi yang rawan. Hanya penduduk lokal yang bisa melintasinya.

Pada tahun 2017 ini Kunming akan menjadi awal pergerakan dalam rangka kembali ke China. Kali ini, entah bakal terwujud atau tidak, rencana yang lebih ambisius daripada kala backpackeran di Guangzhou dipersiapkan. Target memang harus sedikit menakutkan sambil lebih banyak menumbuhkan kepenasaran  mencapainya.

Provinsi yang berbagi perbatasan darat dengan negara-negara Indochina tak hanya Yunnan, provinsi lainnya adalah Guangxi. Bila Yunnan bisa dimasuki lewat jalan darat dari Laos , Guangxi bisa dimasuki dari Vietnam.  Andai tak ada lagi penerbangan promo, kedua border itu bisa diterobos dari kota Bangkok dan Saigon, dua kota yang kerap dijadikan basis di Indochina.

Disamping Yunnan dan Guangxi, provinsi  yang berdekatan yaitu Guizhou pun dilirik. Selain itu jejak backpackeran dulu di provinsi Guangdong pun bisa kembali dikunjungi.  Maka dalam tour China kali ini empat provinsi di sebelah Selatan China  inilah rencananya yang dijadikan sasaran.