Suatu larut malam pada tahun 2007 sekitar bulan Januari atau Februari. Trio KP yang terdiri dari Adjat, Bar dan Wawan sedang menuju Situ Lembang, ditengah kegelapan hutan, guyuran hujan lebat dan kabut tebal. Beberapa kali jip terhambat oleh jalur yang banjir dan dalamnya lumpur.
“Aya keneh ieu hardtop teh geuning Beh?” gumam Bar, sudah lama sekali ia tak menumpang jip ini.
“Enya tapi keur ditawar-tawarkeun..rek dijual,” jawab Adjat singkat sambil sibuk mengemudikan jip hardtop legendarisnya.
Tahun 2007 jalan ke Situ Lembang belum banyak berubah dari belasan tahun lalu kala mereka masih sering berkegiatan disana. Bila dulu mereka berkumpul disana untuk sebuah kegiatan operasional, kini hanyalah untuk sebuah romantisme. Sebuah even diklat sedang berlangsung disana, merupakan momen yang tepat untuk bernostalgia dengan para kamerad. Setelah sekian lama terpisahkan oleh waktu hingga tak pernah lagi bermain bersama di arena kegemaran mereka : outdoor.
Saat sampai di Situ Lembang, beberapa sudah lebih dulu datang. Ada panggilan alam yang membuat para jiwa-jiwa bebas mengendus undangan halus dari raksasa alam ini. Ada Dodi, Dudung, Opik, Bonk dan Gatot sudah sedari sore tiba. Diki,Asnur, Brenjon dan Rifki juga tampak disana. Mereka bertemu tanpa pelukan dan jabat erat yang berlebihan, hanya obrolan ringan saja. Seolah masa lalu itu hanyalah kemarin. Demikian pula beberapa anggota lain baik senior dan junior hadir semakin menyemarakkan arena rendezvous.
Angin terus menderu-deru sepanjang malam dan kabut menggumpal hingga esoknya, bahkan malam tadi suhu mencapai titik terendahnya yang membekukan. Cuaca demikian diikuti pula oleh hujan yang lebat pada siang hari, hingga lengkaplah keriuhan alam di Situ Lembang dalam momen rendezvous ini. Seakan beragam elemen alam pun ingin turut berkumpul pada pertemuan yang pertamakalinya ini sejak bertahun-tahun.
Walau cuaca terbilang ekstrim, anehnya untuk beberapa lama mereka tak merasakan sama sekali suhu membeku dan guyuran hujan lebat di Situ Lembang kala itu. Seakan ada bara api yang kembali memercik lalu berkobar dan tak terkalahkan.
Suatu aura raksasa seperti merasuk kembali seperti yang pernah dirasakan suatu saat dulu. Dan bila itu berjalan seperti yang setiap orang duga kala itu, kembali berkumpulnya para pemburu tua ini akan menuntun kembali mereka ke kegiatan-kegiatan operasional yang mendebarkan. Untuk melanjutkan apa yang mereka mulai dulu.