Tak diragukan lagi bahwa kota Bangkok adalah basis utama untuk menjelajah Indochina. Setelah menggeser basis dari Saigon ke Bangkok,satu persatu kota-kota ikonik di Indochina pun menjadi dalam jangkauan transportasi darat Thailand yang memadai itu. Namun tentu bukan tipikal untuk berbetah-betah di sebuah kawasan saja, setelah Indochina maka petualangan harus bergerak lebih jauh lagi.
Sayangnya, flight internasional Thailand tidak setrengginas flight maskapai Malaysia. Jadi walaupun perjalanan darat yang berawal dari Bangkok selalu menjadi favorit tidak demikian penerbangan internasionalnya, sementara sudah waktunya meluaskan jangkauan. Maka demi bergerak lebih jauh, Kuala Lumpur dilirik menjadi basis berikutnya mengejar petualangan. Kenapa tidak Singapura dengan bandara Changi nya yang lux itu?
“Marahal ayeuna mah flight ti Changi,” ujar Dunga dengan masygul suatu saat,’ teu kawas baheula jaman Tiger Airways..” Maksudnya tentu saja bila dibandingkan dengan flight dari KLIA, markas AirAsia,Malaysia Airlines dan Malindo Air. Ketiga maskapai jiran itu bisa dibilang lebih menguasai jagat penerbangan internasional di Asia Tenggara daripada rival-rivalnya.
“Barenage imigrasi Singapura mah overacting ,” timpal Bar yang kerap distelling bila tarpak di Changi ,”mening tarpak di KLIA masing teu sare di sofa oge.”
Secara geografis, pindah flying camp ke Kuala Lumpur seperti langkah mundur. Namun strategi mundur selangkah untuk maju sepuluh langkah sejatinya sedang dijalankan. Flight dari KLIA akan menjangkau kota-kota yang lebih jauh lagi seperti Tehran di Iran,Kathmandu ibukota Nepal, Xian di China dan kota-kota di India, darimana petualangan akan bergerak lebih jauh lagi.