Reuni : Pilih Venue Outdoor atau Indoor?

Sebagai sebuah perhimpunan dengan anggota ratusan orang sudah sepantasnya reuni adalah momen yang megah. Walau tak akan datang semua, lokasi venue kiranya dapat mencerminkan semaraknya momen tersebut. Tak harus mahal namun bisa memercikan spirit yang dulu lalu menyalakan semangat baru.

Reuni indoor lebih praktis, namun reuni outdoor lebih ikonik. Bila direncanakan seksama reuni outdoor pun budgetnya bisa lebih bersahaja daripada menyewa villa. Tidur didalam tenda dome bagi sebagian veteran terasa lebih heroik daripada tidur bergeletakan dilantai.

“Pan ngarana ge outdoor activity maenya kegiatan na indoor” Kuphil menganalogikan.

Maka menurut sebagian dari mereka bereuni di villa kuranglah pas. Beda bila konteksnya halbil, bukber, syukuran, keakraban atau sejenisnya, silahkan saja. Momen seperti itu memang mengedepankan kenyamanan karena vibes nya tidak mesti mengesankan nostalgia.

Apalagi bila berlangsung di sebuah villa random yang tak tertaut sejarah, beberapa alumni semangat reuninya langsung meleleh.

“Kawas perpisahan barudak SMP wae di villa” gumam Baiz bila mendapat undangan reuni di villa. Daripada di villa mening di leuweung reuni mapala mah, pikirnya.

Akan beda gregetnya bila dilangsungkan di villa yang area sekitarnya pernah dilewati  diklat misalnya. Lokasi-lokasi demikian bisa membawa kepada sebuah memori kolektif. Biasanya dipinggiran area Perhutani atau PTPN.

Apalagi bila undangan reuninya digelar di kampus. “Geus teu usum atuh reuni di kampus eta mah keur mahasiswa,” komentar Dudung.

Lain halnya bila reuni-reuni kecil  spontanitas yang datang dari romantisme alumni sendiri. Biasanya ini hanya melibatkan beberapa angkatan yang berdekatan. Kalo ini, anggap saja acara sendiri karena memang bukan sebuah reuni resmi.

Memang lebih afdhol berkumpul dalam suatu ruang waktu yang sama disebuah tempat nostalgia. Sudah bukan saatnya lagi nongkrong di kampus. Era itu, walau tak lekang oleh waktu, sudah lama berlalu. Semua ada masanya.

Satu dasawarsa terakhir (2015-2024) terlihat kurangnya tekad panitia menyelenggarakan event reuni secara outdoor. Hanya tahun 2018 reuni outdoor di Curug Cibareubeuy itupun panitia dari kalangan alumni yang diketuai Baiz (KP).

Padahal dulu hampir pasti suasana outdoor yang dominan diangkat karena disitulah marwahnya. Beberapa venue outdoor yang pernah dipilih antara lain Buper Cikole, situ Cileunca, perkebunan kina Bukitunggul dan barak Gunung Bunder.

Tentu tanpa mengurangi penghargaan kepada panitia yang sudah berusaha memberikan yang terbaik. Namun yang menjadi pertanyaan sudah seberapa jauh berusahanya.

Satu yang menimbulkan prasangka adalah bila panitia diserahkan sepenuhnya kepada anggota aktif mereka kurang tau medan venue outdoor yang representatif untuk sebuah reuni yang khidmat. Hal ini bisa dilihat dari kepanitiaan reuni outdoor yang dominan dipegang alumni, sementara panitia villa dominan anggota aktif.

Mungkin memang karena kesibukan jadi memilih cara instan menyewa villa saja lebih mudah. Memang praktis, namun menjauhkan opsi untuk datang dari beberapa senior.

“Reuni di villa urang moal maksakeun datang mun kaburu we, komo reuni di kampus sigana moal datang,”  timpal Bar kepada Dudung.

Maka tidak heran bila sebagian alumni lebih memilih momen Diklat  sebagai ajang reuni dimana suasana medan operasi mengobati kerinduan para petualang yang mendambakan berbagai elemen alam  petualangan lalunya: kabut, dingin, bara api,

aroma rumput basah, angin yang berhembus dari sela pepohonan hutan. Semuanya seraya menyeruput secangkir kopi panas diantara obrolan hangat dengan para sejawat. Regained connect with the pack.

@bayubhar