Tahun 2011 merupakan kali pertama saya menginjakkan kaki di negara Laos (Lao PDR). Perjalanan bersama rekan-rekan di Palawa Unpad yang sempat didokumentasikan pada tahun 2011 itu hanya sampai kota kecil Oudomxay yang terpencil di Laos Utara. Kala itu setelah tiba di Oudomxay tim kembali menarik diri ke arah Selatan, oleh karena itu ada rasa penasaran kala itu saat meninggalkan Lao. Maka pada tahun 2015 ini kami berencana melakukan perjalanan darat dari arah Utara lalu turun ke Selatan menuju Vientiane. Setelah finish di ibukota Lao itu kami akan kembali ke Bangkok melewati jalur darat.
Saat tiket pesawat Don Mueang (DMK) – Chiang Rai (CNI) sudah booking di internet, sekilas teringat perjalanan empat tahun lalu ke Laos. Kalau dulu melewati perbatasan darat Laos-Thailand di Nongkhai dan Nakhon Phanon maka kini akan melintas di perbatasan darat antara Chiangkong (Thailand) dan Bokeo (Lao) yang merupakan pos perbatasan paling Utara bagi kedua negara.
Trip Laos kali ini melewati rute kota Chiang Rai di Thailand Utara, lalu memasuki imigrasi Laos dari pintu perbatasan provinsi Bokeo di Laos Utara. Beberapa kota kecil yang dilewati dalam perjalanan kali ini yaitu Luang Namtha, Oudomxai, Luang Prabang, dan Vang Vieng sebelum mencapai ibukotanya Vientianne. Setelah mencapai ibukota Lao itu barulah kami kembali ke Bangkok menuju terminal bis Mochit.
Harus diakui kini terasa aura yang berbeda dibanding empat tahun lalu. Saya masih ingat betapa dulu diliputi kecemasan seakan-akan negara Lao adalah suatu tempat antah berantah di jaman Jurasic, hingga sempat mengirim dulu tim survey sebelum melakukan kegiatan. Namun kini bahkan browsing informasi di internet pun tak merasa benar-benar perlu. Semuanya serba santai, walau belum pernah melewati jalur Bokeo. Pertama ke Laos dulu kami tergabung dalam sebuah tim besar dengan rekan perjalanan lebih dari 20 orang, kini setelah terbiasa maka perjalanan-perjalanan panjang lebih sering dilakukan tim kecil atau bahkan sendirian. Kali ini kami berdua saja menjalani perjalanan darat sepanjang 2000 km.
Melewati jalur imigrasi darat Chiangkong-Bokeo untuk memasuki perbatasan Lao cukup menyenangkan, bahkan menjanjikan perjalanan yang menarik. Selain jauh lebih sepi dibanding imigrasi darat di Nongkhai, melewati kota-kota kecil di Utara mau tidak mau akan memunculkan sekilas ide untuk melanjutkan perjalanan terus ke China atau Vietnam. Ini tentunya akan membuka lembaran petualangan baru yang tak kalah menariknya.
Apabila anda pernah mendengar cerita tentang sebuah wilayah penghasil opium paling terkemuka di Asia bernama Golden Triangle, maka di sekitar wilayah perbatasan Chiang Rai (Thai) , Bokeo (Lao) dan Keng Tung (Myanmar) inilah tempatnya. Namun kini cerita kelam itu tinggalah sejarah, mungkin tak ada lagi ladang opium di wilayah ini walau tak ada yang bisa seratus persen meyakini bahwa wilayah ini sudah benar-benar steril dari produksi opium.
Jalur Bokeo menuju Vientiane sebetulnya tidak terpencil-terpencil amat, bahkan disebut oleh Lonely Planet merupakan sebuah jalur klasik perjalanan darat melalui Utara (Northern Classic Route). Jalur klasik ini bila diteruskan dari Vientiane akan terus ke Selatan menuju Pakse sebagai Southern Classic Route. Bila anda ingin perjalanan yang lebih blankspot maka bisa mencoba jalur darat menuju China (Kunming) dan Vietnam (Dien Bien Phu) yang disebutkan tadi.
Jalur ini menarik, salah satunya karena melewati kota-kota kecil yang sedang menggeliat. Bila kita melewatinya tiga tahun lagi niscaya akan banyak perubahan berarti. Sebagai contoh kota Oudomxay yang dulu terasa sepi kini cukup hingar oleh pembangunan. Terminalnya sudah pindah ke sebuah terminal baru yang cukup megah dan jalan-jalan sedang dilebarkan dengan teknisi dan alat-alat berat dari China. Entah seperti apa bila tiga tahun kedepan.
Tempat-tempat wisata baru yang ramah turis bermunculan secara atraktif sepanjang rute ini. Kota Bokeo yang terletak ditepi sungai Mekong ini pun sudah memiliki daerah backpacker. Akan sangat menarik melewatkan malam di guesthouse dan hotel disini sambil menerawang kemegahan sungai Mekong. Belum lagi wilayah Luang Namtha yang tadinya tak tercantum dipeta, kini menjadi sasaran transit para backpacker bila bukan menjadi tujuan utama menuju tenmpat-tempat wisatanya yang masih perawan.
Destinasi unggulan di jalur ini tentunya adalah kota Luang Prabang yang telah ditahbiskan UNESCO sebagai World Heritage. Banyak tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi di sekitar Luang Prabang, selain kotanya sendiri yang cantik. Salah satunya adalah Kuang Si Waterfall yang berjarak sekitar 30 km dari Luang Prabang. Disini terdapat bertingkat-tingkat air terjun dengan kolam-kolam berwarna hijau yang indah serta penangkaran beruang yang dikelola oleh Free The Bears Foundation. Beberapa tempat lainnya antara lain Pak Ou Cave, Tat Sae dan Elephant Village.